Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/469

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Aku mengandjurkan kepada tentera, supaja keras bekerdja! ,,menggendutkan kapitalis asing".

Aku mengandjurkan kepada polisi, supaja keras bekerdja! „menggendutkan kapitalis asing"!

Aku tidak mengerti ini! Bapak katakan ini seperti ,,kip zonder kop". Ajam tidak berkepala!

Maka oleh karena itu, saudara2, marilah kita sedar kembali! Aku berkata: memang pemuda tidak mengalirkan darah untuk K.M.B. Tidak! K.M.B. hanjalah satu tjara untuk menjelamatkan Republik Indonesia. Dan aku telah berkata, sebagai tadi dikatakan oleh Pak Ruslan, bahwa hasil-hasil KMB itu ada jang manis, ada jang pahit, ada jang menjenangkan, ada jang tidak menjenangkan kita, ada jang menguntungkan, ada jang tidak menguntungkan kepada kita. Mengapa kita mau membatalkan KMB? Pak Ruslan djuga bertanja: apakah kita mau membatalkan penjerahan kedaulatan?

Saudara-saudara djawab tidak! Apakah kita harus membatalkan pengenjahan tentera Belanda dari sini? Saudara-saudara djawab tidak!

Kalau saudara mau membatalkan hasil2 KMB jang merugikan kepada kita, Bung Karno akor, setudju! Tetapi, djangan dipukul rata batalkan KMB! Katakanlah: batalkan hasil-hasil KMB jang merugikan kepada kita! Ini politik jang realistis. Politik jang tidak sekadar terikat oleh sembojan, tetapi politik jang njata!

Dan aku berkata kepadamu, djika memang kita bangsa Indonesia ingin membatalkan hasil-hasil KMB jang merugikan kepada kita, tidak ada lain djalan, melainkan bangsa Indonesia harus bersatu padu! Bersatu padu!

Aku tadi berkata terhadap kepada pemimpin-pemimpin digedung KMB, banjak jang Balai Pradjurit, bahwa meskipun ada jang anti ― KMB, djanganlah hendaknja hal ini mendjadi perpetjahan antara pro kita satu sama lain, tetapi hendaklah kita tetap bersatu sama lain, oleh karena perdjuangan nasional kita belum selesai. Djikalau ada

Sudahkah perdjuangan kita ini selesai? Belum pemuda berani mengatakan, perdjuangan kita sekarang telah selesai dan kita sekarang ini harus mulai dengan revolusi sosial, aku mengatakan perdjuangan nasional belum selesai! Mana Irian? Mana Irian? Sudahkah Irian masuk wilajah Republik Indonesia?

Maka oleh karena itu aku dimana-mana, di Medan, di Surabaja, di Djakarta, di Makassar, di Bandjarmasin, di Pontianak, dimana-mana aku berkata: Irian, tuntut Irian!

Djangan kita membuang tenaga kepada hal-hal tetek-bengek lokal. Kita terlalu banjak membuang energi. Buat apa? Buat hal-hal tetekbengek, soal daerah jang ketjil-ketjil. Soal ketjil-ketjil didaerah. Tetapi, lihatlah soal besar kita jang belum selesai. Perdjuangkanlah Irian bersama-sama.


431

447