Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/468

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tetapi pernah Nabi tadi ditagih, oleh karena dikatakan ini djandjí. Hai Nabi, aku telah mendjadi orang Islam. Aku telah mengutjap kalimah-sjahadat, aku telah berkata: Lailahailla'llah, Muhammadarrasulu'llah, mana sjorga jang engkau djandjikan?

Nabi berkata: Aku tidak dapat memberikan sjorga kepadamu ............ Jang dapat memberikan sjorga kepadamu, ialah perbuatan engkau sendiri! Bahkan anaknja sendiri jang bernama Fatimah bertanja kepadanja: Pak, aku ini anak Nabi. Tentu aku masuk sjorga. Berkata Nabi: Tidak, meskipun engkau anak Nabi, tetapi amalmulah jang menentukan engkau masuk sjorga atau tidak !

Demikian djuga Nabi Isja, menggambarkan tudjuan ini dengan hebat2. Batja ia punja pidato ,,Bergrede" jang menggambarkan ,,het koninkrijk der hemelen", lebih indah dari keradjaan dunia ini. Dan ini hanja bisa ditjapai oleh amal2 kita jang baik.

Maka oleh karena ini tudjuan-tudjuan kita semuanja jang aku gambarkan dengan kata-kata jang hebat itu, jaitu masjarakat jang adil dan makmur, masjarakat jang tidak miskin masjarakat jang kita hidup dengan senang, masjarakat jang penuh dengan djalandjalan aspal, dengan djalan kereta api, masjarakat jang penuh dengan lapangan udara, masjarakat jang betul-betul kita ini senang hidup, masjarakat jang demikian itu tidak dapat aku berikan kepadamu, laksana aku memberikan sapu tangan ini kepadamu. Tetapi harus kita bikin, kita perbuat, kita djadikan bersama-sama. Aku engkau, engkau, engkau, Bu Karno, Guntur, semuanja, harus bekerdja untuk menjelenggarakan masjarakat jang seperti itu .

BEKERDJA DAN MEMBANGUN.

Menjelenggarakan! Menjelenggarakan itu berarti kita harus membangun! Bekerdja, membangun, bekerdja!

Lantas ada jang menentang. Bung Karno mengandjurkan keras bekerdja. Tidak setudju! Sebab bekerdja keras hanja „menguntungkan imperialis kapitalis asing. Aku tidak setudju”.

Hubungan ini bagaimana?

Aku mau mengandjurkan rakjatku bekerdja, membangun masjarakatnja sendiri. Aku ini dikatakan menggendutkan perut imperialis asing".

Kataku hubungan ini seperti „kip zonder kop” .

Aku mengandjurkan pegawai negeri bekerdja keras ,,Untuk menggendutkan kapitalis asing” .

Aku mengandjurkan kaum buruh negara, supaja keras bekerdja ,,menggendutkan kapitalis asing"!

Aku mengandjurkan kepada pemuda-pemuda Republik Indonesia, supaja djangan segan mentjutjurkan keringat, tetapi mentjintai negeri ini dengan nanti menjumbangkan tenaganja kepada Republik ,,menggendutkan kapitalis asing".


446