Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/467

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kedengarannja kalimat ini kalimat jang hebat. Kami tidak mau membangun sebelum masjarakat ini masjarakat jang sosialistis!

Kata bapak: ini sama dengan orang jang berkata, kami tidak mau mendirikan rumah, sebelum rumah itu gedung, atau sama dengan orang jang berkata: kami tidak mau mendjadi ajam, sebelum kami bertelur.

Tjoba pikir, saudara! kami tidak mau membangun - kata pemuda di Surabaja itu - sebelum masjarakat Indonesia ini sosialistis. Sama dengan hal agar supaja ajam bertelur, ia mesti djadi ajam dulu. Masjarakat jang sosialistis itu bukan bikinan orang pemimpin.

Aku sering ditagih oleh orang: mana djandjimu, Bung Karno! Djandjimu mana! Dahulu sedjak tahun 1927 engkau mendjandjikan masjarakat jang adil dan makmur. Aku berkata: aku tidak dapat memberikan masjarakat jang adil dan makmur itu, pat, pat, gulipat, nah, kepadamu, seperti aku mengeluarkan sapu tangan ini dari saku ku

Benar aku berkata: kita bertjita-tjita masjarakat jang adil dan makmur. Benar aku menggambarkan masjarakat jang adil dan makmur itu didalam warna jang indah². Benar aku berkata: tjita2 kita ialah masjarakat jang tidak ada kemiskinan didalamnja, masjarakat jang tidak ada kapitalisme didalamnja, suatu masjarakat jang tiap2 orang senang, jang tidak ada orang jang hidup didalam gubuk jang dojong. Suatu masjarakat jang anak2 semuanja bisa bersekolah. Suatu masjarakat jang tidak ada perempuan menangis oleh karena tidak dapat memberikan makanan atau susu kepada anak²-nja. Benar aku selalu berkata demikian.

Buat apa aku berkata demikian? Ialah untuk membangunkan semangat rakjat Indonesia, mentjintai, mengingini masjarakat jang demikian itu.

Pekerdjaanku ialah mengobar-ngobarkan semangat, agar supaja tjita-tjita rakjat Indonesia djuga menudju kepada masjarakat jang demikian itu .

Lihat Nabi punja pekerjaan! Aku bukan Nabi! aku manusia biasa, sama dengan kamu! Bung Karno manusia biasa, tetapi djustru oleh karena Bung Karno manusia biasa, Bung Karno itu kadang-kadang mempeladjari tjara bekerdjanja orang-orang jang dahulu, mempeladjari tjara bekerdjanja Nabi. Propaganda mereka itu maksudnja hebat-hebat. Tjaranja bagaimana? Selalu dengan menggambarkan tudjuannja itu in ,,de zeven kleuren van de regenboog".

Lihat misalnja Nabi Mohammad! Tudjuanmu haruslah ke Sjorga, malah digambarkan sjorga itu didalam kata-kata jang hebat-hebat. Sjorga adalah laksana taman jang indah, pohon-pohon jang rindang, sungai jang mengalir disana malah bukan airnja sungai biasa, tetapi sungai jang airnja terbuat dari madu dan susu jang disana banjak bidadari jang tjantik-tjantik melajani padamu.

Digambarkan ini tudjuan dengan keterangan-keterangan jang ,,gamblang", kata orang Djawa, digambarkan dengan welu-welu.


445