Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/466

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

KMB". Djikalau Republik kita sekarang ini „Republik KMB", segenap Tetapi rakjat akan berontak menghantjurkan ,,Republik KMB" itu. Republik sekarang ini, bukan „Republik KMB”!


K.M.B.

Republik sekarang ini adalah Republik kita jang asli dahulu, jang kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 .

K.M.B. hanja sekadar satu tjara untuk menjelamatkan Republik kita dari pada bentjana. Saja ulangi lagi, K.M.B. adalah sekadar satu tjara untuk menjelamatkan Republik dari pada bentjana. Republik ini bukan ,,Republik K.M.B." . Republik kita ini tetap Republik kita jang dahulu, Republik tanggal 17 Agustus 1945.

Djikalau Republik sekarang ini ,,Republik KMB", tentera tidak mau mendjadi tentera jang demikian, pemuda tidak mau membela Republik jang demikian. Tetapi apa terbukti? Bahwa tentera tetap mengabdi kepada Republik jang demikian itu. Rakjat Indonesia hampir seluruhnja tjinta kepada Republik jang demikian itu.

Apa ada manusia di Indonesia jang lebih dari Bung Karno menghadapi rakjat? Tidak ada! Alhamdulillah aku telah datang dimanamana di Indonesia. Mengundjungi seluruh tanah Djawa. Mengundjungi Kalimantan sudah! Mengundjungi Sulawesi, sudah! Mengundjungi Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa Timur, sudah! Dimana-mana aku disambut oleh rakjat jang berbondong-bondong. Dimana-mana rakjat menundjukkan senang, tjinta kepada Republik jang sekarang ini. Apa sebab? Ialah oleh karena Republik sekarang ini, memang Republik jang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Marilah kita semuanja mengerti ! Mengerti, bahwa sekarang ini datanglah saatnja membangun! Bapak Ruslan telah berkata, sekarang ini telah datang saatnja membangun. Kita merdeka bukan sekedar untuk mempunjai bendera Sang Merah Putih.

Aku bertanja kepadamu apakah bendera ini bisa kau makan? Tidak Kalau kita mau kenjang, kita tidak bisa makan bendera ini. Walaupun bendera ini adalah suatu hal jang kita perdjuangkan dengan darah segenap pemuda Republik Indonesia, tetapi bendera ini tidak dapat memberi kenjang kepada kita.

Djikalau kita ingin kenjang, kita harus mempunjai makanan. Dan kalau kita hendak mempunjai makanan, kita harus menanam. Dan menanam itu berarti, kita harus bekerdja, membangun, membangun, sekali lagi membangun!

Tetapi apa latjur, saudara- saudara! Pernah seorang pemuda di Surabaja berkata begini, terang-terangan dan aku memudji pemuda ini jang berbitjara terang-terangan. Pemuda di Surabaja ini berkata: kami tidak mau membangun, selama masjarakat ini belum masjarakat jang sosialistis.


444