Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/43

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

berbaris ini masih perlu dikawal dan di perlindungi oleh tentera Djepang.

Sesungguhnja suatu demonstrasi kolonialisme jang sangat murah sekali ditengah-tengah bergeloranja semangat Kemerdekaan rakjat Indonesia di Medan jang gegap gempita.

Wang kertas Nica mulai diedarkan oleh Belanda akan tetapi tidak diterima oleh rakjat Indonesia.

Pada tgl. 10 Oktober 1945, tentera Inggeris memasuki kota Medan dengan aman dan tenteram dibawah pimpinan Brigadier Djenderal T.E.D. Kelly. Dibelakang tentera Inggeris/India membontjeng tentera Belanda Nica.

Perdjuangan pembangunan Negara Republik Indonesia menghadapi reaksi dan provokasi dari siasat Djepang, Belanda dan Inggeris.

Pada hari Ulang tahun pertama Negara Republik Indonesia di Sumatera, 17 Agustus 1946, maka Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan menjatakan:

„Umumnja keadaan di Sumatera sebelum Tentera Sekutu mendarat adalah aman dan tenteram sadja, akan tetapi karena infiltrasi dan provokasi Nica dan kaki tangannja, maka dibeberapa tempat keadaan mendjadi kurang aman, teristimewa ditempat-tempat jang diduduki oleh Tentera Sekutu”.

Pelopor-pelopor tentera Serikat jang bergerak pergi balik antara Padang dan Medan tidak mendapat gangguan apa-apa dari rakjat Indonesia.

PROVOKASI NICA.

Siasat reaksi dan provokasi jang terutama sekali dilantjarkan oleh fihak Belanda dengan tjepat memantjing suasana jang keruh dan tegang.

Sikap permusuhan oleh fihak Belanda terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia bertambah-tambah njata. Tidaklah orang-orang Belanda dengan aman dan tenteram keluar dari kamp-kamp interniren dengan tidak mendapat gangguan suatu apapun dari fihak Indonesia! Tidakkah orang Belanda leluasa bergerak di Sumatera Timur dengan tidak mengalami sikap permusuhan dari bangsa Indonesia!

Akan tetapi rakjat dan bangsa Indonesia tidak dapat menerima provokasi penghinaan terhadap kemerdekaan jang dinjatakannja!

Pada tanggal 13 Oktober 1945 seorang anak Indonesia melintas di Djalan Bali. Anak ini memakai lentjana merah putih sebagai lambang djiwa kemerdekaan jang meresap didadanja. Lentjana lambang kemerdekaan ini disentakkan oleh seorang serdadu Nica, jang mengawal asrama tentera Nica di Djalan Bali itu, dari dada anak tadi. Lentjana merah putih ini kemudian terus diindjak-indjak oleh tentera Nica tersebut.

Seorang Indonesia dewasa jang kebetulan lewat mendjadi gusar terhadap penghinaan jang dilakukan oleh tentera Nica ini. Perkelahian terdjadi dengan memakai sendjata tadjam. Orang ramai berkerumun

41