Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/349

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Beberapa banjak buah pikiran dari masing-masing delegasi telah kita dengar. Dalam pemandangan-pemandangan mereka kita peladjar-mempeladjari satu sama lain.

Dengan adanja persatuan dan pertukar pikiran ini maka dapatlah kita mengatakan: één voor allen, allen voor één.

Kepentingan Sumatera hendaklah djangan dilupakan. Pertalian jang ada hendaklah dipererat. Ada beberapa golongan jang hendak bestendigen sekarang persatuan ini, tapi buat sementara tjukup kalau kita tahu jang kita tidak hendak buntjit perut sendiri, tapi tidak pula hendak mati kekenjangan dalam periuk nasi sendiri.

Muktamar ini bukanlah penghabisan. Kalau tak ada aral melintang, dalam Muktamar Sumatera jang kedua dapatlah kami mempersilahkan saudara-saudara ke Sumatera Selatan.

Selamat bertemu lagi ditepi Sungai Musi.

Muktamar Sumatera dilangsungkan, setelah sidang B. F. O. pada tanggal 3 Maret 1949, mengambil resolusi jang menjetudjui tuntutan Republik, supaja pada tingkat permulaan Pemerintahan Republik dipulihkan di Djokjakarta.

HARIAN „MERDEKA”: T. DR. MANSUR CS. TIDAK ADA BACKING.

Berhubung dengan keadaan itu, maka harian itu, maka harian „Merdeka” tanggal 19 Maret 1949, menulis:

„Apa sesungguhnja jang dimaksud Dr. Mansur dengan mengadakan konperensi di Medan itu, pada waktu ini belum djelas lagi. Tapi, meskipun demikian sebetulnja tidak sukar untuk meraba arah jang ditudju Dr. Mansur dengan konperensinja itu.

Sebab, bukan resia lagi, bahwa Dr. Mansur sebagai pentolan aliran jang paling kanan dalam B.F.O. dalam waktu belakangan ini sudah merasa gerah bersidang di Gedung Pedjambon jang dikelilingi pohon-pohon besar dan rindang itu. Karena alirannja selalu tertumbuk dengan kegagalan sehingga kemauannja tidak dapat terpenuhi. Sedang menurut keterangan-keterangan jang „rembes” keluar gertakannjapun rupanja sudah tidak mempan terhadap aliran lainnja atau jang biasa disebut orang aliran kiri.

Sebetulnja, djika Dr. Mansur seorang nasionalis dan demokratis, maka kekalahannja dalam B.F.O. itu, harus diterimanja dengan dada terbuka, serta tunduk kepada suara jang terbanjak dengan segala keichlasan. Dan untuk menguatkan alirannja, seharusnja dia berusaha menjusun barisan dalam B.F.O. itu sendiri. Bukan diluarnja.

Tapi dengan langkahnja jang telah direntjanakannja itu, meskipun belum djelas lagi arah jang ditudjunja, tampak tanda-tanda bahwa dia menjusun barisan diluar B.F.O. untuk memperkuat aliran jang dianutnja.

Pada ketika perasaan persatuan kebangsaan diantara para pemuka dan pemimpin-pemimpin Indonesia, dari Sabang melalui Bangka sampai Merauke, — seperti diserahkan oleh Anak Agung Gde Agung, harus dipe-

327