Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/347

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Een gezagdrager hendaklah berkata: „Saja memimpin, tapi hendak djuga dipimpin”. Disinilah letaknja kerdjasama. Selain dari pekerdjaan Muktamar Sumatera jang berat ini, kami dapat tahu bagaimana terbukanja Sumatera Timur ini. Ini adalah suatu teladan buat kami untuk menginsjafi keadaan.

Sebenarnja di Sumatera ini tidak ada daerah jang tidak terbuka. Semua daerah suka menerima orang datang.

Sebagai penutup tuan ketua:

Djika sekarang kita bertjerai pula maka dapatlah kita katakan, kata pepatah: „Djauh dimata, dekat dihati”.


TAPANULI UTARA MENGHADAPKAN KEPUTUSAN JANG LEBIH TEGAS.

Setelah Djambi dan Minangkabau menjampaikan kata-kata terima kasih dan utjapan perpisahan, maka Tapanuli utara tampil dengan utjapannja: Kita akan berpisah dan kembali ketempat kita masing-masing. Karena kita mesti djudjur, maka saja mesti menjatakan jang hasil Muktamar Sumatera ini belum memuaskan 100% pada utusan Tapanuli Utara. Ik heb meer verwacht, meer radicaler verwacht dan wat wij bereikt hebben. Akan tetapi sikap ini dari delegasi-delegasi jang tidak mempunjai mandaat tidak dapat disesalkan, tetapi apapun djuga saja berharap supaja semua anggota delegasi mengakui perkataan: „Right or wrong my country”.

Saja sangat menjesali Bangka. Hendaknja walaupun tidak ada mandaat kita berani cordaat kalau untuk kepentingan rakjat kita djangan takut dikedji. Sedjarah nanti akan membenarkan kita.

Kami datang kemari didorong oleh satu motorische geest dari dalam.

Sememangnja ditahun 1945 ada satu kudde bangsa jang memaklumkan kemerdekaannja. Kudde bangsa ini dapat dibandingkan dengan satu kudde beesten jang berada digurun pasir, kehausan dan mendengar air mengalir dan setjara kuddenja mengedjar air itu, bertolak-tolakan. Sesudah mereka berlari-lari ketempat itu maka mereka tertumpu pada satu ravijn jang menghambat. Berdesak-desaklah mereka. Kudde itulah dapat dibandingkan dengan bangsa Indonesia jang dengan bersusah pajah telah mengedjar kemerdekaan Indonesia.

Air itu adalah „de broeder der vrijheid” jang sangat dikehendaki oleh bangsa Indonesia untuk melepaskan dahaganja. Pada waktu itu semua memandang kepada pemimpin. Semua patuh pada kesukaran jang dialami oleh rakjat.

Tuan ketua jang terhormat.

Bukan saja katakan ini Muktamar tidak berhasil, Muktamar Sumatera ini telah mentjapai maksudnja, dimana kita dapat bertemu dan bertukar fikiran, tapi belum 100%. Saja berharap supaja Muktamar melaksanakan manifest ini.

325