Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/289

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pengembalian pemerintah Republik ke Djokja sudah mendapat banjak kemadjuan.

Pers Belanda meramalkan, bahwa bila terdjadi pengunduran tentera Belanda dari Djokja, akan timbul kekatjauan dan pembunuhan.

Pada tanggal 19 Mei 1949, Pemerintah Belanda meluluskan permohonan berhenti Dr. L. J. M. Beel, jang tidak dapat menjetudjui RR. Statement. Sebagai gantinja diangkat A. H. J. Lovink, pegawai tinggi Kementerian luar negeri Belanda urusan Asia.

Pada tanggal 27 Mei 1949, Sri Sultan Djokja, Menteri Negara Republik Indonesia merangkap Koordinator keamanan dalam negeri mengeluarkan pengumuman bahwa:

„Sesudah tentera Belanda mengundurkan diri, setiap orang, djuga mereka jang telah bekerdja pada pemerintah „Federal” sementara. dengan tidak membeda-bedakan bangsa atau agama, didjamin keamanan diri dan keselamatan badan serta bendanja”.

Pada tanggal 28 Mei 1949 , djam 12.30 sepasukan militer Belanda dengan tiba-tiba dan dengan tidak memberi tahukan lebih dahulu kepada Sri Sultan, telah mendatangi gedung Kepatihan Djokja, dan kantor persiapan pemulihan Pemerintah Pusat Republik. Banjak pegawai Republik Indonesia jang ditangkap dan dokumen-dokumen dibeslah.

Pada tanggal 5 Djuni 1949, Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta pengiringnja tiba di Kutaradja untuk mengadakan kontak dan berunding dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia.

Pada tanggal 10 Djuni 1949, maka Sri Sultan Hamengku Buwono membentuk komisi timbang terima Djokja dari tangan Belanda.

Pada tanggal 17 Djuni 1949 , satu delegasi jang terdiri dari Waliwali „Negara” Sumatera Timur, Sumatera Selatan, Madura dan Djawa Timur, Kepala Daerah Kalimantan Barat, para Perdana Menteri dari Indonesia Timur dan Pasundan berkundjung ke Bangka untuk mengadakan perhubungan dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan lain-lain.

Pada tanggal 20 Djuni 1949, sidang B.F.O. dengan suara 11 lawan 3 menolak resolusi konperensi „Sumatera” (Dr. Mansur) jang akan mendirikan „federasi” Sumatera.

Pada tanggal 21 Djuni 1949, wartawan-wartawan Amerika mengundjungi Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta di Bangka. Pada tanggal 22 Djuni 1949, UNCI mengeluarkan komunike, bahwa antara Republik-Belanda telah didapat „meeting of minds” mengenai tudjuan dan tjara Konperensi Medja Bundar. Tudjuan menjelesa.kan perselisihan Indonesia-Belanda dengan mentjapai persetudjuan penjerahan kedaulatan jang njata, penuh dan tidak bersjarat kepada Negara Indonesia Serikat.

Pada tanggal 25 Djuni 1949, Tentera Belanda mulai ditarik dari Wonosari,' Selatan Djokja. Peristiwa itu disaksikan oleh Sri Sultan Djokja, kolonel van Langen, komandan tentera Belanda di Djokja, penindjau militer dari UNCI dan wartawan-wartawan dalam dan luar

267