Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
P E N D A H U L U A N.

MILITERISME Djepang meng-romusakan peri kehidupan masjarakat dan penghidupan manusia di Sumatera Utara.

Kekuasaan fascisme Djepang mengabdikan sendi-sendi kehidupan masjarakat untuk kepentingan militerismenja.

Dari rakjat djelata jang diperbudak dengan kerdja paksa dan hasil-hasil buminja dirampas, sampai kepada kaum terpeladjar jang dipaksa menderita dan menipu rakjat, merasai genggaman militerisme Djepang.

Seluruh rakjat dipaksa berbaris dan tahu menerima perintah setjara militer.

Kepintaran militer inilah jang ditinggalkan oleh pendjadjahan Djepang sebagai djedjak didalam djiwa rakjat, terutama didalam djiwa pemuda.

Didalam kemelaratan penindisan militerisme Djepang ini maka bangsa kulit putih, chususnja orang-orang Belanda, jang sebelum itu adalah bertindak sebagai golongan jang dipertuan, menundjukkan sikap, watak dan susila jang diperbudak.

Keangkuhan jang dipertontonkan oleh Belanda sebagai pendjadjah dan kemerosotan djiwa dan semangat jang dipertundjukkan waktu melajani Djepang, memberikan kesan jang mendalam bagi orang Indonesia bagaimanapun ia sederhananja.

Orang Indonesia melihat keadaan kutjar-katjir orang-orang Belanda menghadapi runtuhnja perumahan kolonial Belanda jang kosong dan lemah itu.

Tentera Belanda didalam keadaan porak peranda mengundurkan diri ke Gunung Sjaitan di Bukit Barisan.

Didalam kesulitan jang sebesar-besarnja itu, bangsa Indonesia beladjar membanding pendjadjahan Belanda dengan sebenarnja, maka segala kekurangannja tak pernah terasa setadjam dan sedjelas ket‍ika rakjat Indonesia ditinggalkannja dengan tjara jang diperlihatkannja itu.

Maka pada saat itu timbullah pada rakjat kesedaran baru, perasaan kebangsaan jang lebih tadjam daripada waktu jang lalu.

Perasaan itu lebih dipertadjam lagi oleh propaganda ke Asia-an Djepang.

Kebentjian jang bertambah lama bertambah besar terhadap Djepang diputarkan oleh Djepang dengan agitasi dan propaganda terhadap bangsa kulit putih, orang Tionghoa dan bekas pegawai-pegawai Hindia Belanda.

Namun kebentjian terhadap Djepang disana-sini menimbulkan perlawanan, antaranja pemberontakan di Baju (Lho Seumawe) September 1942 dan di Pandrah (dekat Samalanga) pada awal 1945, dan di Pematang Siantar pada pertengahan tahun 1945.

19