Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/202

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

KEAMANAN.


Setiap peristiwa ketegangan atau pertentangan jang kedjadian didaerah Republik dipergunakan oleh pihak Belanda sebagai bahan propagandanja untuk menjarankan kedunia luar bahwa keadaan di Republik tidak aman. Sesungguhnja perkembangan revolusi nasional dalam membangun kemerdekaan mengalami desintergrasi, jaitu kekuatan-kekuatan jang menundjukkan dirinja dalam sifat-sifat memetjah. Akan tetapi kekuatan integrasi, jaitu kekuatan- kekuatan jang membangun dan tenaga-tenaga jang membawa kepada persatuan didalam potensi revolusi nasional di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli dapat mengatasi segala peristiwa jang mengganggu keamanan dan menjinggung keselamatan Negara.


Radio Belanda dari Medan menjiarkan bahwa ada ,,chaos" didaerah Republik. Dalam pada itu pihak Belanda memperkuat dan mempertadjam blokkade ekonominja terhadap daerah Republik. Radio Belanda menjebut bahwa gerombolan telah berkuasa di Tapanuli, dan bahwa Bedjo cs. telah merebut kekuasaan dari tangan Pemerintah sebagaimana telah kedjadian di Madiun. Radio Belanda menjebut bahwa keadaan golongan Tionghoa jang tinggal di Atjeh tidak aman. Belanda menundjukkan kegiatannja dengan saran-saran melalui alat-alat penjiarannja untuk mempengaruhi pendapat umum didunia luar sebagai langkah persiapan mengulangi agressi militernja jang kedua kali. Pada tanggal 16 September 1948, 15 orang pemuda dari Sumatera Timur diusir oleh pihak Belanda kedaerah Republik. Dikatakan sebagai alasan terhadap pengusiran ini, bahwa mereka tidak mempunjai pekerdjaan.


PERNJATAAN2 DARI GOLONGAN TIONGHOA DI ATJEH.


Didalam pertemuan-pertemuan dan melalui surat-surat kabar, golongan penduduk Tionghoa di Atjeh menjatakan simpatinja terhadap perdjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan menjatakan kegembiraan mereka turut menjokong Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 7 Agustus 1947, oleh G.P.T.P. (Gabungan Perserikatan Tionghoa Perantauan ) Keresidenan Atjeh dikeluarkan seruan jang ditudjukan kepada semua golongan bangsa Tionghoa, sebagai berikut : Saudara-saudara bangsa Tionghoa ! Daerah Atjeh dimana kita tinggal adalah tanah air kita jang kedua. Disinilah letaknja djiwa kita dan harta benda kita. Insaflah, bahwa kita sama-sama bertanggung djawab atas keselamatan saudara- saudara kita sekaliannja. Keadaan suasana Indonesia direct atau indirect mengenai diri kita, maka dalam hal memperdjuangkan kemerdekaan, kita harus tarok penuh simpati kepada saudara-saudara bangsa Indonesia dan memberikan sokongan-sokongan. Djalankanlah kedalam praktek, pepatah jang berbunji : „keluar masuk berbimbingan tangan, mendjaga mengintai bersatu padu, sokong menjokong didalam kesukaran". Kita mesti menjokong pemerintah NRI

200