Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/175

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Dalam keadaan demikian, Djuni 1948 tibalah Paduka Jang Mulia Presiden Republik Indonesia di Tapanuli, menggembleng dan mengobarhan semangat persatu-paduan rakjat di Kota Nopan, Padangsidempuan, Sibolga, Tarutung, Balige, dan dari lapangan terbang Silangit menurut kan perkundjungannja ke Kutaradja.

Dengan putusan Wakil Presiden, Djokjakarta 27 Djuli 1948, No. 65/WKP/SUM/48, semua instruksi-instruksi untuk Gubernur Militer Daerah Keresidenan Tapanuli, bahagian Keresidenan Sumatera Timur jang meliputi Kabupaten Deli Serdang, Simelungun, Asahan dan Labuhan Batu ditjabut.

Kolonel Mr, A. Abas langsung menghadapi keterangan dengan Brigade B.

Mr. A. Abas mengatur siasat untuk melutjuti Brigade B, akan tetapi siasat ini tidak dapat didjalankan, sebaliknja Brigade B bersatu dengan Brigade A dan bersatu dengan Brigade Banteng Negara jang menimbulkan peristiwa 10 September 1948 di Tapanuli, Pada mendjelang subuh 10 September 1948, Bataljon I di Padangsidempuan digempur oleh Bataljon dari Brigade A. Kapten Koima Hasibuan tiwas dalam pertempuran ini.

Pada waktu jang bersamaan, Bataljon dari Brigade B di Sibolga melutjuti Bataljon II di Sibolga, dan Bataljon dari Banteng Negara d Tarutung menjerkap III di Tarutung.

Mr. A. Abas dengan beberapa opsir lainnja dari bekas Brigade XI ditangkap, demikian djuga terdjadi penangkapan-penangkapan di Sibolga dan Tarutung.

Mr. A. Abas dengan tangkapan-tangkapan lainnja kemudian atas usaha Komisariat Pemerintah Pusat di Bukittinggi diangkut ke Sawahlunto.

Seluruh Tapanuli dikuasai oleh Brigade A, Brigade B dan Brigade Banteng Negara. Hal ini menimbulkan kegemparan diseluruh Tapanuli. Pemerintah dan pemimpin-pemimpin rakjat di Tapanuli mendjadi tjemas, terutama sekali oleh sebab ke-tiga kesatuan itu berasal dari Lasjkar Rakjat di Sumatera Timur.

Dewan Perwakilan Rakjat Tapanuli mengadakan sidang kilat untuk membitjarakan keadaan jang genting itu. Keputusan jang diambil ialah supaja Panglima Tentera Territorium Sumatera dan Komisariat PeIcerintah Pusat di Bukittinggi dengan setjepatnja menjelesaikan keadaan di Tapanuli .

Mendjalar saran-saran seolah-olah pemimpin-pemimpin dari Sumatera Timur hendak menggantikan kedudukan pemimpin-pemimpin rakjat di Tapanuli. Oleh sebab pada tanggal 18 September 1948 terdjadi perebutan kekuasaan oleh „P.K.I. Muso" di Madiun, maka lidah-lidah jang tidak bertanggung-djawab mentjoba-tjoba waktu itu mentjari pertautan antara jang satu dengan jang lain.

Dalam pada itu, tumbuh pertikaian diantara kalangan Brigade B bersama Brigade A contra Brigade Banteng Negara jang berkedudukan di Tarutung.

173