Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/173

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Suasana keadaan kemudian dapat diredakan atas kebidjaksanaan tindakan jang diambil dalam suatu permusjawaratan di Sibolga, jang diketuai oleh Gubernur Militer Dr. Gindo Siregar dengan dihadiri oleh Residen Mr. Abu Bakar Djaar, Residen Dr. F. Lumbantobing dengan beberapa pegawai tinggi lainnja dari Gubernur Militer dan pemerintahan Keresidenan Sumatera Timur dan Tapanuli.

Dalam pada itu, Brigade B dengan dibantu oleh Mobile Brigade dibawah pimpinan Kadiran telah dapat menguasai kembali seluruh Labuhan Batu, Asahan dan Tapanuli Utara.

Hampir semua pemuda-pemuda didalam Legioen Penggempur terdiri dari anak-anak Tapanuli. Bermula anak-anak Tapanuli ini tidak pernah berdiam di Sumatera Timur. Setelah terdjadi pertempuran di Medan melawan tindakan-tindakan tentera Inggeris, jang kemudian disusul dengan adanja garis lingkaran pertahanan di Medan Area, maka banjaklah pemuda-pemuda Tapanuli datang ke Medan Area dan mengambil tempatnja disana.

Pemuda-pemuda Tapanuli ini mengalami keleluasaan dan kebebasan bertindak di Medan Area, dan kebebasan inilah jang dibawa oleh pemuda-pemuda Tapanuli itu kembali kekampungnja masing-masing setelah Belanda melantjarkan agressi ke Sumatera Timur.

Dasar dan susunan perkampungan di Tapanuli jang diikat oleh azas pertalian kekeluargaan jang kokoh tidak dapat menerima kebebasan bertindak dari pemuda-pemuda Tapanuli jang kembali pulang kekampung itu. Fun pemuda-pemuda jang berasal dari Tapanuli itu tidak merasa kerasan lagi dikampungnja, terpengaruh oleh kebiasaan jang dapat dialaminja pada waktu adanja garis pertahanan di Medan Area. Antara penduduk-penduduk kampung di Tapanuli dengan pemuda-pemuda Tapanuli jang sempat beberapa waktu mengalami kehidupan di Medan Area terdjadi ketegangan. Penduduk-penduduk kampung itu tidak menjukai lagi sikap dan tindakan-tindakan jang dilakukan oleh pemuda Tapanuli jang mundur dari front di Medan Area itu.

Penduduk Tapanuli, terutama sekali di Tapanuli Utara, menjukai dan memudji sikap dan tindakan jang diperlihatkan oleh Brigade B dibawah pimpinan Major Bedjo.

Oleh sebab itulah, maka bermula Brigade B mendapat sambutan jang sangat baik discantero kalangan penduduk di Tapanuli Utara.

Keadaan ini kemudian berobah.

Setelah terdjadi pertumpahan darah, maka azas kekeluargaan menguasai djalan fikiran dan kehidupan di Tapanuli Utara, sehingga anak Tapanuli jang bermula dianggap nakal itu diterima kembali dengan sambutan ditengah-tengah masjarakat Tapanuli.

Legioen Penggempur bubar, dan diatas pembubaran ini ditambah dengan kesatuan Napindo jang dipimpin oleh Liberty Malau, terbentuklah satu kesatuan baru, jaitu „Banteng Negara", dipimpin oleh Liberty Malau.

171