Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/166

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pada tanggal 12 Maret 1946, T.R.I. di Atjeh mengalami perobahan susunan atas maklumat T.R.I. No. 4 tahun 1946, jang dikeluarkan oleh anggota staf umum T.R.I. Sumatera, Djenderal Major Amir Husin al Mudjahid, sebagai berikut :

„Sesudah selesai berdjalannja Revolusi Sosial didaerah Atjeh dengan tenteram, terhitung mulai tanggal 28 Pebruari 1946, atas pemilihan rakjat sendiri jang diwakili oleh Tentera Perdjuangan Rakjat Daerah Atjeh, dalam sidangnja tanggal 2 Maret 1946 telah Mengangkat dan Menetapkan susunan Putjuk Pimpinan T.R.I. daerah Atjeh sebagai tersebut dibawah ini :

  1. Anggota staf umum T.R.I. Sumatera berkedudukan di tanah Atjeh Major Amir Husin al Mudjahid dengan pangkatnja Djenderal Major (tadinja chef adjudan dipisi T.R.I. Atjeh).
  2. Dipisi komandan kelima dan kepala pertahanan daerah Atjeh, Major Husin Jusuf dengan pangkatnja Kolonel (tadinja wakil dipisi komandan T.R.I. Atjeh).
  3. Wakil dipisi komandan dan wakil Kepala pertahanan, Kapten Nurdin Sufi dengan pangkatnja Letnan Kolonel (tadinja chef resimen staf kedua di Bireun).
  4. Kepala staf dipisi kelima, Major Bachtiar (tadinja chef keuangan Dipisi).

T.R.I. Atjeh, jaitu Dipisi V Sumatera mendjadi T.R.I. Dipisi Gadjah I dengan komandannja Kolonel Husin Jusuf ; T.R.I. Sumatera Timur, Dipisi IV Sumatera mendjadi T.R.I. Dipisi Gadjah II dengan komandannja Kolonel Ahmad Tahir, dan Dipisi VI (Tapanuli ) mendjadi Dipisi Banteng I Sumatera dengan komandannja Kolonel Pandapotan Sitompul.

Dalam konperensi T.R.I. jang pertama di Bukittinggi, Kolonel Ahmad Tahir ditetapkan mendjadi Komandan Polisi Tentera se-Sumatera, dan sebagai gantinja memimpin Dipisi Gadjah II diangkat Kolonel H. Sitompul.

Dalam bulan April 1947, Dipisi Gadjah I dan Gadjah II digabungkan mendjadi T.R.I. Dipisi X Sumatera dengan komandannja Kolonel Husin Jusuf, dan kepala staf umum Kolonel H. Sitompul. Markas Dipisi X Sumatera berkedudukan di Bahdjambi (Pematang Siantar).

T.R.I. Dipisi Banteng I di Tapanuli digabungkan dengan T.R.I. Dipisi Banteng II di Sumatera Barat mendjadi T.R.I. Dipisi IX Sumatera.

Pada tanggal 5 Mei 1947 keluar penetapan Presiden Sukarno untuk mempersatukan Tentera Republik Indonesia dengan lasjkar-lasjkar mendjadi satu tentera resmi, jang dinamakan Tentera Nasional Indonesia (T.N.I. ).

Di Sumatera Timur dan di Atjeh, djumlah banjaknja orang dan persendjataan jang ada pada lasjkar rakjat melebihi dari pada keadaan T.R.I. Pemimpin- pemimpin Lasjkar Rakjat menuntut supaja T.R.I. mengalami seleksi untuk didjadikan T.N.I. Dengan demikian, hasil seleksi terhadap Lasjkar Rakjat dan terhadap T.R.I. diharapkan mendjadi teras penjusunan Tentera Nasional Indonesia.

Usaha-usaha kedjurusan ini mendjadi terbengkalai dengan adanja agressi militer Belanda pada 21 Djuli 1947.

164