Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/146

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Golongan Tionghoa di Atjeh membantu perdjuangan bangsa Indonesia sepenuh tenaganja.

Dengan ketetapan Wakil Presiden No. 3/BKP/U/47, tanggal 26 Agustus 1947 di Bukit-Tinggi dinjatakan sebagai berikut :

  Kami Wakil Presiden Republik Indonesia, Wakil Panglima Tertinggi; mendjalankan kekuasaan Pemerintahan Pusat Republik Indonesia untuk sementara waktu di Sumatera;

  menimbang, bahwa guna kepentingan pembelaan dan pertahanan negara dan untuk mendjaga keamanan perlu sekali di Sumatera diadakan daerah militer;

  mengingat Undang² Keadaan Dalam Bahaja tgl. 6 Djuni 1946 No. 6, dan Peraturan Dewan Pertahanan Negara No. 30 pasal 1, surat dari Panglima Tentera Komandemen Sumatera tgl. 25/8-1947 No. 5/PLL/BKP/47; memutuskan, ditetapkan sebagai daerah militer tempat sebagai dibawah ini :

  a. Keresidenan Atjeh seluruhnja.

  b. Kabupaten Langkat.

  c. Kabupaten Tanah Karo.

  b. dan c. termasuk dserah Keresiden Sumatera Timur.

Peraturan ini mulai berlaku pada tgl. 26 Agustus 1947.

Paduka Jang Mulia Wakil Presiden mengangkat Tgk. M. Daud Beureueh mendjadi Gubernur Militer Keresidenan Atjeh, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Tanah Karo dengan pangkat Djenderal major.

Untuk pembantu-pembantu beliau ditetapkan :

  1. Major Sofjan Harun dari Komandemen Artillerie Komandemen Sumatera.
  2. Kapten Nainggolan, Polisi Tentera Div. X,
  3. Kolonel Hopman Sitompul, Kepala Markas Umum Div. X.
  4. Jakob Siregar, dengan pangkat Let-kolonel tituler.
  5. Sutikno Padmo Sumarto, Kepala Kehakiman Atjeh, dengan pangkat Let-kolonel tituler.
  6. H. Halim Hasan, anggota DPD Sumatera Timur dengan pangkat Let-kolonel tituler.
  7. Tgk. Abdul Wahab, Bupati Pidie, dengan pangkat Let-kolonel tituler
  8. A. Hasjmy, dengan pangkat major.
  9. Nja' Neh, dengan pangkat major.
  10. Hasan Ali dengan pangkat major tituler.
  11. Said Abubakar, dengan pangkat major tituler.

Pada tanggal 10 September 1947, Sultan Siak Sjarif Kasim bersama isterinja Sjarifah Fadllun dan beberapa orang famili tiba di Kutaradja untuk menetap tinggal didaerah aman Republik jang djauh dari gangguan-gangguan Belanda.

Atas pertanjaan wartawan ,,Semangat Merdeka” dinjatakan beliau, bahwa jang mendorong dirinja mentjintai dan menundjang pemerintahan Republik jalah rasa ketjintaan terhadap tanah air, Mengenai pembentukan daerah istimewa Sumatera Timur oleh Belanda, Sjarif Kasim menjatakan,

144