Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/145

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

djam 10.30 pagi. Kepada seluruh rakjat diperintahkan untuk berlatih diri guna persiapan perang gerilja. Panglima Dipisi Tengku Tjhiʼ Ditiro dan Panglima Dipisi Rentjong memerintahkan kepada seluruh Lasjkar Mudjahidin dan segenap anggota Masjumi dan bahagian-bahagiannja, dan kepada seluruh Lasjkar Ksatria Pesindo dan segenap anggota-anggota Pesindo, supaja:

  1. Dimana sadja terdapat gempur sadja musuh dengan tak usah menunggu komando.
  2. Bekerdja samalah dengan Tentera dan Polisi dalam melakukan segala tindakan jang berguna buat Negara dan merugikan musuh.
  3. Terhadap pengatjau-pengatjau Negara dan orang-orang jang mengharap kedatangan Belanda ambillah tindakan jang tepat dan keras.
  4. Sesuatu tempat atau kota jang terpaksa kita tinggalkan, hantjurkanlah segala-galanja jang berguna bagi musuh.
  5. Siang dan malam latihlah diri dengan perang gerilja, karena kita akan berperang bertahun-tahun lamanja.

Pada tanggal 12 Agustus 1947, dalam pertemuan Dewan Pertahanan Daerah (DPD) dengan pemimpin-pemimpin partai: Masjumi, PNI, PKI, Pesindo, PGRI, MPBI, SBMI, Muslimat Masjumi, Serperi, Serbuka, DPP, ETI, Pusa dan Muhammadijah telah dibentuk sebuah badan koordinasi partai-partai daerah Atjeh jang didalamnja bergabung semua partai-partai diatas. Sebagai ketua dipilih Amelz, dibantu oleh Osman Raliby dan M. Abduh Sjam.

Tudjuan dari Badan Koordinasi Daerah Atjeh ini ialah:

  1. Mempertahankan (memperdjuangkan) kedaulatan dan kemerdekaan 100% dari Negara Republik Indonesia atas dasar kesatuan dan persatuan segala bagian-bagiannja terhadap luar dan dalam.
  2. Membina Negara Republik Indonesia jang berdasarkan kedaulatan rakjat dan keadilan sosial.
  3. Mengusahakan dan menegakkan suatu pemerintahan jang kokoh, progressief dan souverein.
  4. Melaksanakan mobilisasi umum.
  5. Menjesuaikan kehidupan politik, ekonomi dan sosial untuk kepentingan pertahanan tanah air.

Pada tanggal 17 Agustus 1947, Ulang-tahun II Kemerdekaan Indonesia jang kebetulan djatuh bersamaan dengan hari raja Idilfitri, dirajakan dengan gembira oleh penduduk Atjeh. Di Kutaradja, setelah selesai sembahjang Ied, lalu berlangsung upatjara pembukaan tugu Peringatan Kemerdekaan di Tamansari. Residen Atjeh membatjakan tekst ,,Proklamasi Kemerdekaanʼʼ dan seorang anggota Badan Pekerdja Dewan Perwakilan membuka selubung tugu jang berwarna merah dan putih. Sirene penghormatan dibunjikan dan semua penduduk mengheningkan tjipta. Setelah dinjanjikan Lagu Kebangsaan, memperingati pahlawan jang tewas, lalu Residen membatjakan Amanat Presiden. Malamnja digedong Atjeh Bioskop berlangsung rapat umum jang mendapat kundjungan ramai dari penduduk.

143