Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/142

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Keadaan tanah Sumatera Timur jang datar tidak sesuai untuk pertempuran gerilja. Sifat persendjataan tidak sesuai untuk melakukan pertempuran berhadap-hadapan, apalagi dimana musuh akan mempergunakan pesawat-pesawat udara dan tank-tank. Keadaan jang sekiranja dapat menguntungkan ialah melakukan penjerbuan serentak kekota Medan.

 Pada tanggal 21 Djuli 1947 pesawat-pesawat udara Belanda mendjatuhkan pamflet-pamflet, jang menjatakan bahwa tentera Belanda akan melakukan aksi pembersihan untuk katanja menumbangkan pemerintahan jang mementingkan dirinja sendiri.

 Residen/Ketua Dewan Pertahanan Daerah Sumatera Timur dengan tjepat mengundang seluruh anggota Dewan Pertahanan Daerah bersama wakil ketuanja, jaitu Komandan Dipisi X Sumatera, Kolonel Husin Jusuf. Atjara jang dibitjarakan jalah kegentingan suasana, dan persiapan jang setjepatnja untuk menghadapi keadaan perang. Pembitjaraan dilangsungkan di Pabatu, 10 kilometer dari ibu kota Keresidenan Sumatera Timur Tebingtinggi (Deli). Komandan Dipisi X Kolonel Husin Jusuf belum begitu jakin akan kegentingan suasana, malahan masih menganggap kemungkinan pamflet- pamflet jang disebarkan oleh pesawat-pesawat udara Belanda itu sebagai suatu tindakan intimidasi.

 Rapat Dewan Pertahanan Daerah pada pagi tanggal 21 Djuli 1947 di Pabatu itu berhubung dengan pendirian Kolonel Husin Jusuf belum dapat mengambil persiapan jang bulat.

 Keadaan sesungguhnja sudah dalam peperangan. Pada pagi buta 21 Djuli 1947 tentera Belanda sudah menjerang garis pertahanan di Medan Utara. Pesawat-pesawat udara Belanda dengan sekonjong-konjong telah menjerang Bindjei dan Markas Resimen Ι dengan bom senapang mesin. Tentera Belanda jang berhasil menobros garis pertahanan di Medan Utara bergerak ke Medan Barat, sehingga pertahanan jang ada di Medan Barat diserang dari belakang. Meriam-meriam dan sendjata berat lainnja terpaksa ditinggalkan di Medan Barat oleh sebab serangan Belanda jang tiba-tiba datang dari belakang garis pertahanan itu. Sektor Timur dan sektor Barat diserang oleh pesawat-pesawat udara Belanda dengan bom dan senapang mesin.

 Pimpinan Biro Perdjuangan Nathar Zainudin dan A. Wahab Siregar dengan tjepatnja melapurkan keadaan itu kepada komandan Dipisi X di Markasnja di Bahdjambi.

 Komandan Dipisi X Kolonel Husin Jusuf menjatakan bahwa pos perhubungan di Bindjei dan di Medan Barat tidak memberi djawaban lagi. Dari pos perhubungan di Pantjur Batu diterima chabar bahwa Pantjur Batu diserang oleh tentera Belanda. Pada sorenja, 21 Djuli 1947, Pantjur Baru djatuh ketangan musuh.

 Sehabis perintah harian Djenderal Sudirman, maka Komandan Dipisi X Kolonel Husin Jusuf mengutjapkan perintah hariannja untuk Tentera dan seluruh angkatan jang bersendjata di Sumatera Timur dan Atjeh.

140