Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/91

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

92

POLA-POLA KEBUDAJAAN


Tiap2 biarawan Buddha dan tiap2 mystikus Abad Pertengahan melihat hal jang sama dalam visiunnja seperti jang telah dilihat teman2 seagamanja sebelumnja. Akan tetapi mereka, seperti djuga orang Gagak-Indian aseli, menuntut kekuasaan — atau keilahian — berdasarkan pengalaman peribadinja. Orang Indian kembali di-tengah2 sukunja sementara visiunnja masih segar tergores dalam ingatannja, dan sukunja melaksanakan instruksi2nja jang diterimanja sebagai suatu hakistimewa jang sutji.

Dalam mengobati orang sakit, tiap2 orang mengetahui tenaga penjembuhnja dan tak ada orang jang bertanja kepada kawan-sepemudjaannja. Dalan praktek dogma ini diubah, karena manusia bahkan melandjutkan tradisi2 itu dalam lembaga2 jang ditjoba ditipiskannja. Akan tetapi dogma2 agamanja memberi djaminan kebudajaan kepada rasa pertjaja kepada diri sendiri jang besar dan kepada kekuasaan serta kewibawaan peribadi.

Rasa perdaja kepada diri sendiri dan inisiatif didaerah Padang-rumput tak sadja didjelmakan dalam sjaminisme, akan tetapi djuga dalam keasjikan jang besar sekali dalan mendjalankan perang gerilja. Anggota kesatuan biasanja tak melebihi duabelas orang dan pada tiap2 perkelahian jang sederhana tiap2 orang tanmpil kemuka menurut kehendaknja sendiri, suatu tjara berkelahi jang samasekali bertentangan dengan peperangan moderen, dimana disiplin badja dan ketaatan adalah essensiil. Peperangan merupakan suatu permainan, dimana tiap2 orang berusaha mendapat angka jang paling banjak. Angka2 itu bisa didapatnja karena berhasil membebaskan kuda jang diikat, melukai musuh atau mengambil skalpa. Tiap2 orang berusaha mendapat angka se-banjak2nja, biasanja dengan melakukan perbuatan2 jang luar-biasa beraninja, dan semuanja itu dipakai sebagai djalan masuk dalam sjarikat2, mengadakan pesta2 dan menuntut kedudukan pemimpin.Seorang Indian-Padangrumput jang tak berinisiatif, jang tak mampu tampil kemuka sendiri, tak dihormati oleh masjarakat. Laporan penjelidik2 dahulu, muntjulnja pemukas dalam sengketa dengan kaum kulit-putih. kontrasnja dengan bangsa Pueblo, semuanja ini menundjukkan betapa lembaga2nja menghargai keperibadian jang hampir2 sama dengan pengertian Ubermensch Nietzsche. Mereka melihat hidup ini sebagai pertumbuhan jang dramatis dari individu nelalui tingkat2 dalam sjarikat2-manusia melalui kekuasaan adirtodrati, melalui pesta2 dan kemenangan2. Inisiatif selalu ada pada dia. Perbuatan2 kepahlawannja dianggap sebagai perbuatan2 peribadinja, dan ia bebas untuk menuntutnja dalam upatjarat, dan mempergunakannja untuk mernperbesar ambisi2nja sendiri.