32
POLA-POLA KEBUDAJAAN
Orang tua itu masih tjukup kuat dan mewakili bangsanja, djika ada sesuatu jang dibitjarakan dengan bangsa kulit putih, Ia tak bermaksud mengatakan bahwa bangsanja telah musnah. Hanja sadja dalam pikirannja terbajang kehilangan sesuatu jang sama nilainja dengan hidup itu sendiri, jakni keseluruhan dari pada kiadah² dan kepertjajaan² bangsanja. Memang masih-tjawan² Jainnja jang berisi air-hidup dan mungkin airnja sama sadja, akan tetapi apa jang telah terdjadi itu tak bisa dibetulkan lagi. Tak bisalah kita menambah sepotong disini dan mengurangi sepotong disana. Bentuknja hakiki, satu dan tak bisa dipetjah². Dan lagi, tjawan itu adalah tjawan mereka sendiri.
Ramon mengetahui masalah jang dibitjarakannja atas pengalamannja sendiri, Ia hidup dalam sistim dua kebudajaan sekaligus, dimana nilai? dan tjara² berpikirnja tak bisa disesuaikan satu sama lain. Kita dididik dan dibesarkan dalam satu kebudajaan kosmopolitis, sedangkan ilmupengetahuan² sosial, psikologi dan teologi kita dengan gigihnja menolak kebenaran, jang dilukiskan Ramon dalam kata-kiasannja diatas,
Djalannja kehidupan dan tekanan tingkungannja belum lagi kesuburan daja-fantasi manusia, mentjiptakan sedjumlah besar tuntutan² jang semua bisa dipergunakan mendjadi pegangan bagi masjarakat Demikian misalnja berbagai bentuk² milik dengan susunan sosial, jang boleh djuga dihubungkan dengan milik, barang² benda dan teknologi nja jang ber-belit²: segala segi kehidupan seksuil, kedudukan sebagai orangtua dan pemeliharaan anak², gilda² dan upatjara² keagamaan, jang bisa menentukan tjorak struktur masjarakats djual-belis dewa? dan tjampurtangan adikodrati (supernatural). Semua hal² ini dan lain². nja lagi masing? bisa mengakibatkan terdjadinja suatu sistim adatkebiasaan dan upatjara² lengkap, jang minta pentjurahan seluruh tenaga kebudajaan, sehingga hanja sedikit tenaga dan waktu tersisa untuk memperkembangkan segi² lainnja. Segi² kehidupan jang menurut kita sangat penting, samasekali tak dianggap penting oleh bangsa² jang tifat dan arah kebudajaannja lain dan, jang kebudajaannja samasekali sak miskin. Atau masalah jang sama bisa diselesaikan setjara teliti sekali sehingga bagi kita nampak terlalu ruwet.
Baik dalam hidup kebudajaan maupun dalam bitjara, suatu sjarat terpenting ialah seleksi. Djumlah suara² jang bisa ditintbulkan oleh selaputsuara, lobang² mulut dan hidung kita, hampir² tak ada batasnja. Tiga atau empat lusin bunji dalam bahasa Inggeris merupakan suatu seleksi, jang tak serupa dengan apa jang terdapat dalam logat² bahasa lain jang erat pertaliannja seperti bahasa Perantjis dan Djerman. Tak pernah ada orang jang berani menaksir, beberapa banjaknja bunji² itu