Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

II

KETJORAKRAGAMAN BENTUK2 KEBUDAJAAN

Seorang kepala-suku „Indian-Penggali” ― demikian orang Kalifornia menamakan mereka itu ― mentjeritakan banjak sekali tentang tjara hidup bangsanja dizaman dahulu. Ia sendiri beragama Kristen dan terkenal dikalangan warga2-sukunja sebagai ahli menanam pohon persik, abrikos diatas tanah irigasi, akan tetapi ketika ia mentjeritakan tentang sjaman2, jang dalam suatu tari2an-beruang berubah mendjadi beruang betul2 didepan matanja, tangannja gemetar dan suaranja berobah karena perasaan ngeri. Kekuasaan jang dimiliki oleh bangsanja dizaman dahulu sukar ditjari banding-taranja, Paling suka ia berbitjara tentang makanan gurun, jang dahulu mereka makan. Setiap tumbuh2an jang tertjabut akarnja dibawanja dengan penuh rasa sajang, dan ia memahami benar2 betapa pentingnja tumbuh2an itu. Ketika itu, bangsanja makan „kesehatan gurun”, katanja; dahulu mereka itu belum pernah mendengar tentang makanan dalam kaleng dan apa2 jang sekarang bisa kita dapati pada tukang daging. Barang2 baru inilah jang merosotkan tabiat bangsanja.

Pada suatu hari Ramon tiba2 berhenti di-tengah2 tjeriranja tentang tjara melembutkan mesquite (sematjam katjang) dan membuat sop bidji pohon oak dan berkatalah dia tanpa ada perobahan tekanan suara: „Mula2 Tuhan memberi sebuah tjawan, tjawan dari tanah, kepada setiap bangsa, dan dari tjawan tsb. mereka minum hidupnja”. Saja tak tahu pasti, apakah lukisan ini berasal dari salah suatu upatjara lama bangsanja, jang belum pernah saja djumpai, ataukah barangkali hasil pemikirannja sendiri. Sukar diterima, bahWa ia mendapatnja dari bangsa kulit putih jang dikenalnja di Banning; bukanlah kebiasaan mereka untuk membitjarakan alampikiran bangsa2 lain. Betapapun djuga, lukisan ini dalam djalanpikiran orang Indian jang sederhana itu sangat djelas dan mengandung arti jang dalam. „Mereka semuanja mentjobai air itu”, katanja lebih landjut, „akan tetapi tjawannja tak sama. Tjawan kita sekarang petjah. Tjawan itu sudah tak ada lagi.”

Tjawan kita petjah. Hal2 jang memberi makna kepada hidup bangsanja, kepada tatatjara-makan dirumah, kewadjiban2 berdasarkan sistim ékonominja, réntétan upatjara di-dusun2, kerandjingan ketika melakukan tari2an-beruang, kaidah2 meréka tentang baik dan buruk ― semuanja ini telah hilang dan hilanglah pula bentuk dan makna hidup meréka.