Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

KETJORAKRAGAMAN BENTUK² KEBUDAJAAN

33

disemua bahasa didunia. Akan tetapi setiap bahasa harus memilih diantara bunji² jang banjak itu dan harus menuruti aturan²nja, kalau tidak, pasti tak ada orang jang akan memahaminja. Suatu bahasa, jang mempergunakan hanja beberapa ratus daripada unsur² fonétik jang ada, sudah tak bisa dipakai. Bahwasanja kita susah sekali memahami bahasa jang sedikit sekali perhubungannja dengan bahasa kita, adalah a.l. disebabkan karena kita mentjoba memahami sistim² fonétik dari sudut-tindjauan kita. Kita hanja mengenal satu k misalnja. Djikalau bangsa² lain mempunjai lima bunji-k, jang ditimbulkan pada berbagai sudut² tenggorokan dan mulut, maka kita tak bisa mengenal perbedaan² dalam perbendaharaan-kata² atau bentuk-kalimat² jang tergantung kepada bunji² itu, sebelum kita menguasai kelima djenis bunji itu. Kita mempunjai d dan n. Mungkin ada bentuk-antaranja, jang mungkin kali ini kita tulis d dan lain kali kita tulis n, djikalau kita tak mengetahui betul² sifat hakikinja; dengan begitu kita memasukkan suatu perbédaan, jang sesungguhnja tidak ada. Sjarat pertama dalam analisa bahasa ialah kesadaran akan ketjorakragaman jang banjak sekali itu. dimana setiap bahasa mengadakan pilihannja sendiri².

 Djuga dilapangan kebudajaan, kita harus menggambarkan suatu busur besar, dalam mana disusun ber-damping²an segala matjam kepentingan², sebagian timbul daripada taraf perkembangan kesedjarahan, ataupun dari lingkungan, atau dari berbagai kegiatan² perbuatan manusia. Suatu kebudajaan jang terlalu banjak mengambil daripadanja, akan sama sukarnja dipahami seperti bahasa jang hendak mempergunakan semua suara lidah, suara² jang disebabkan oleh kendor-kentjangnja selaputsuara, bunji²-bibir,-gigi,-s dan tenggorokan, semua suara jang berbunji dan tak berbunji, seluruh skala suara-mulut dan hidung. Idéntitét sesuatu kebudajaan tergantung dari pemilihan jang dilakukan dari segmen² busur ini. Tiap² masjarakat-manusia, dimanapun didunia ini, telah membuat pilihannja dalam membangunkan kebudajaannja, Dilihat dari sudut-tindjauan orang lain, mereka itu samasekali tak menghiraukan pokok², dan terlalu memperhatikan bagian² jang tak penting. Kebudajaan jang satu tak begitu mementingkan nilai²-keuangan: kebudajaan jang lain mendjadikan nilai²-keuangan sebagai sesuatu jang paling pokok disetiap lapangan kegiatan dan perbuatan. Dalam masjarakat jang satu kurang perhatian ditjurahkan kepada téknologi, bahkan di-lapangan² dimana ini nampak perlu sekali untuk memelihara kelangsungan hidup, pada masjarakat² lain jang sifatnja tak kateh sederhananja, ketjakapan² téknologis sudah berbelit dan erat pertahannja dengan kehidupan. Jang satu membangunkan suatu konstruksi kebudajaan diatas masa-pubertét, jang Jain diatas kematian dan jang lain lagi diatas kehidupan achirat.Pola-pola. — 3.