Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

26

POLA-POLA KEBUDAJAAN


kepada kita tjara² untuk kembali kepada mekanisme² biologis serangga sosial, sehingga bagi kita tak ada pilihan jang lain, Bagaimanapun djuga kebudajaan manusia tak bisa diwariskan setjara biologis.

Akibat daripada kenjataan ini bagi politik moderen ialah, bahwa tiada dasar sama sekali untuk membenarkan pendapat, bahwa kita bisa mempertjajakan nilai² kebudajaan dan nilai² rohani kita kepada sel² kelamin jang terpilih. Dalam kebudajaan Barat, pimpinan ber-turut² berpindah dari tangan bangsa² jang berbahasa Semit ketangan bangsa² jang berbahasa Hamit, kemudian ketangan golongan² bangsa² kulitputih Lautan Tengah, dan achirnja ketangan bangsa² Nordika, Kesenantiasaan kebudajaan tetap terpertahankan, tak memandang siapa jang pada waktu tertentu mendjadi pendukung kebudajaan itu. Kita harus menerima segala konsekwensi daripada warisan manusia ini dan salah satu jang terpenting ialah kenjataan, bahwa hanja ada sedikit sadja kelakuan² jang diwariskan setjara biofogis. Inilah jang menjebabkan proses kebudajaan mendjadi sangat penting artinja.

Antropologi masih mempunjai alasan kedua mengenai masalah jang dikemukakan oleh penjokong paham tentang kemurnian djenisbangsa, jakni mengenai sifat dan hakikat bakat-turunan (heredity). Penjokong paham kemurnian djenisbangsa mendjadi korban tjara berpikir mythologis. Sebab, apakah sesungguhnja ,,bakat-turunan djenisbangsa” itu² Kita sedikit-banjak mengetahui tentang bakat-turunan dari ajah kepada anak. Dalam hubungan suatu keluarga, bakat-turunan itu mahapenting. Akan tetapi djusteru bakat-turunan adalah soal garis-keluarga (family line). Kalau kita teruskan, sampailah kita dilapangan mythologi. Dalam masjarakat² ketjil dan jang tak banjak terdjadi perobahan², misalnja dalam sebuah dusun Eskimo jang terpentjil, bakat-turunan djenisbangsa dan bakat-turunan keluarga tiada bedanya, dan dalam hal² jang demikian itu istilah bakat-turunan djenisbangsa mempunjai arti jang konkrit. Akan tetapi djikalau kita membuat suatu pengertian, jang harus berlaku bagi daerah jang luas, seperti dalam hal nja djenisbangsa² Nordika, maka ini menurut alasan² ril tak bisa dibenarkan. Pertama, dalam semua bangsa² Nordika selalu ada garis” keluarga jang djuga ada dalam masjarakat² Alpina dan Lautan Tengah. Apabila kita menjelidiki sifat² badani penduduk Eropa, maka kita akan selalu mendjumpai gedjala tentang penjebaran sifat² badani. Misalnja di Swedia ada Orang? jang mata dan rambutnja ke-hitam²an, jang tergolong pada keturunan² keluarga jang lazim terdapat di Selatan. Kita baru bisa memahami sifat² badani orang² Swedia sematjam ini, setelah kita menjelidiki bangsa² di Selatan. Bakat-turunannja, selama jang bersifat badani, adalah soal garis-keluarganja, jang tak terbatas hanja di Swedia belaka. Kita tak mengetahui sampai dimana type²