Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/232

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

234

POLA-POLA KEBUDAJAAN

Dalam literatur Eropah tokoh Don Quichotte melukiskan setjara tepat sekali manusia jang samasekali tidak diatuhkan oléh ukuran jang berlaku dinegerinja dan pada masanja dan oléh karena itu, telandjang, mendjadi korban édjekan dan tjemoohan. Cervantes mengarahkan lampusorotnja jang berupa serangkaian ukuran2 praktis jang baru kepada suatu tradisi, jang hanja setjara formil masih dihormati dan orang tua jang diangkatnja mendjadi pahlawan, pembéla orthodoks kaum satria romantik generasi lama, oléh karena itu mendjadi orang jang tak waras otaknja. Kitiran-angin terhadap mana ia berdjuang adalah lawan sengit dari suatu dunia jang baru sadja lenjap. Akan tetapi kenjataan bahwa ia berdjuang melawan mréka, ketika tak ada lagi orang jang menganggapnja serius, adalah suatu tindakan seorang gila. Ia mentjintai Dulcinea dengan tjara jang tepat bagi kaum satria, akan tetapi pada waktu itu sudah ada tjara lain untuk mentjintai seseorang wanita, dan tjinta asmaranja ditjemoohkan dan ditjap gila.

Dalam kebudajaan2 primitif, jang telah kita tindjau, dunia2 jang saling bertentangan itu terpisah dalam ruang satu sama lainnja; dalam sedjarah modérén Barat sering dunia2 jang saling bertentangan itu susul-menjusul dalam waktu. Pada hakikatnja, soalnja mengenai gedjala jang sama, akan tetapi kepentingan jang dihubungkan dengan pengertian ini lebih besar dalam hal dunia modérn déwasa ini, karena disini kita tak bisa melepaskan diri dari hal susul-menjusul dalam waktu, meskipun kita mengingininja. Apabila, seperti misalnja dalam kebudajaan Eskimo, tiap2 kebudajaan merupakan dunia tersendiri jang agak seimbang, jang setjara keilmubumian terpisah dari dunia lainnja, maka masalah ini bersifat akademis. Akan tetapi peradaban kita harus menghadapi ukuran2 kebudajaan jang surut didepan mata kita dan ukuran2 baru, jang berkembang dari suatu titik dikaki langit. Apabila kita setjara kaku berpegang teguh kepada suatu rumusan jang mutlak tentang moralitét, maka kita tak akan mampu memetjahkan masalah2 éthika, seperti djuga kita tak akan mampu memetjahkan masalah2 masjarakat manusia, selama kita mempersamakan pengertian2 setempat mengenai jang normal dengan keperluan-hidup jang pasti ada.

Belum pernah ada suatu masjarakat jang berusaha setjara sadar memimpin prosés, sehingga tertjipta ukuran2 tentang jang-normal dan jang tidak normal bagi génerasi jang akan datang. Dewey telah menundjukkan bahwa perentjanaan sosial seperti itu adalah mungkin dan menundjukkan pula betapa hébatnja. Adalah djelas sekali, bahwa beberapa lembaga2 sangat banjak mengakibatkan penderitaan dan keketjéwaan bagi manusia. Apabila lembaga2 ini hanja merupakan alat2 untuk mentjapai tudjuan dan bukannja merupakan imperatif2 kategori, maka adalah sebaiknja untuk menjesuaikannja dengan tudjuan2 jang dipilih