Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/231

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

INDIVIDU DAN POLA-POLA KEBUDAJAAN

233

dan apabila ia bangun, ia menjanjikan berbagai lagu; maka bangunlah orang2 jang berdiam tak djauh dari situ dan mendengarkan njanjiannja pada malam hari, dan mereka meninggalkan désa2nja untuk mengundjungi orang ini dan bernjanji bersama dengan dia. Pernah kedjadian bahwa ia menjanji sampai pagi, sehingga tak seorangpun jang bisa tidur. Ia melontjat kesana-kemari dalam rumahnja seperti katak dan rumahnjapun mendjadi terlalu ketjil baginja. Oleh karena itu, ia keluar rumah sambil me-lontjat2 dan menjanji, basah karena keringat dan menggigil seperti buluh dalam air.

Apabila sudah demikian keadaannja, maka setiap orang mengira ia se-waktu2 bisa mati. Ia mendjadi demikian kurusnja, sehingga tinggal tulang kulit sadja dan orang mengira, ésoknja ia akan mati. Selama djangkamasa itu, banjak sekali daging dimakan, karena orang2 hendak membantunja supaja ia mendjadi djuruobat. Namun achirnja ia-mendapat suatu mimpi, dimana muntjul seorang roh-nénékmojang. Roh ini berkata kepadanja: ,,Pergilah mengundjungi si anu, ia akan membuat adukan-susu (minuman, jang harus diminum pada pelantikan sebagai djuruobat) bagimu, sehingga engkau bisa samasekali mendjadi djuruobat." Kemudian ia tenang2 sadja selama beberapa hari, karena ia pergi mengundjungi djuruobat, jang akan membuatkan adukan-sușu baginja. Maka datanglah ia kembali, berobah mendjadi manusia baru, dan betul2 seorang djuruobat." Setelah itu, selama hidupnja, ia tetap dihinggapi oléh roh2, sehingga ia bisa meramalkan kedjadian jang akan datang bisa pula menemukan kembali barang2 jang telah hilang.

Kesemuanja itu menundjukkan, bahwa suatu masjarakat tertentu sangat menghargai type2 manusia jang samasekali tak-seimbang, dan bahkan oleh karenanja mereka itu berdjasa bagi masjarakat. Djikalau masjarakat mau menganggap keanéhan2nja itu sebagai variasi2 kelakuan2 manusia jang berharga, maka orang2 ini akan mempergunakan kesempatan ini sepenuhnja, dan memenuhi peranan sosialnja se-baiknja, lepas samasekali dari anggapan kita tentang watak2 jang mana jang bisa naik tangga masjarakat dan mana jang tidak. Meréka jang dalam masjarakat jang tertentu gagal sebagai anggota masjarakat, bukanlah orang2 jang mempunjai tjiri2 ,,abnormal" jang sudah tetap, akan tetapi bisa pula orang2 jang bakat kodratinja tidak dihargai oléh lembaga masjarakatnja. Kelemahan orang2 ,,abnormal" sesungguhnja sifatnja hanjalah semu. Kelemahan ini tidaklah disebabkan oléh tiadanja tenaga atau keulétan jang diperlukan, akan tetapi disebabkan, karena kenjataan, bahwa meréka itu adalah orang jang bakatnja tak sesuai dengan lembaga2 masjarakatnja. ,,Meréka itu", untuk mempergunakan kata Sapir, ,,terasing dari suatu dunia jang mustahil."