Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/229

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

INDIVIDU DAN POLA-POLA KEBUDAJAAN

231

demikian, maka bakat untuk mengalami keadaan-trance mendjadi sifat jang utama dari orang2 jang paling dihormati dalam masjarakat, jang sangat terpandang dan mendapat penghargaan jang paling tinggi pula. Djusteru orang2 ajan inilah, jang dalam kebudajaan ini dipilih mendjadi pengusaha2 dan pemimpin2.

Disetiap bagian dunia ini, kita bisa menemukan tjontoh2 tentang manfaat, jang bisa dipunjai oléh ,,type abnormal" bagi suatu organisasi sosial. Di Sibéria beberapa suku jang tertentu dikuasai oléh sjaman2nja. Disana berlaku kejakinan, bahwa orang jang oléh kehendak roh2 disembuhkan dari sakit jang pajah — taraf permulaan penjakit ajan — dengan demikian mendapat kesaktian adikodrati dan kesehatan serta kekuatan jang tak bertara. Bisa terdjadi, bahwa orang2, jang merasa dipanggil (untuk mendjadi sjaman), ber-tahun2 mendjadi gila; jang lainnja lagi dalam djangkamasa itu kehilangan perasaan tanggung-djawabnja sedemikian rupa, sehingga harus ada orang jang menemaninja dimana ia pergi, untuk mentjegah djangan sampai tersesat dipadang saldju dan ahirnja menemui adjalnja karena kedinginan. Beberapa diantaranja berada dalam keadaan sakit dan kurus-kering, dan kadang² keringat berdarah keluar dari tubuhnja. Praktek sebagai sjaman mengakibatkan meréka itu sembuh, dan meréka menjatakan, bahwa djerih-pajah suatu séance Sibéria menjegarkannja kembali, sehingga ia segera bisa mengulangi séance itu. Serangan penjakit ajan dianggap sebagai bagian hakiki dari tiap2 upatjara-sjaman.

Suatu lukisan tua oléh Canon Callaway, jang ditjeritakan oléh seorang Zulu tua dari Afrika-Selatan, memberi suatu gambaran jang baik dari keadaan neurose jang dialami oléh sjaman, dan perhatian ditjurahkan oleh masjarakatnja kepadanja :

,,Orang laki, jang hendak mendjadi djuruobat itu, barada dalam suasana jang tertentu. Mula2 ia boleh dikatakan sehat dan kuat, akan tetapi lambat-laun ia mendjadi semangkin kurus, tidak oléh karena ia menderita sesuatu penjakit, akan tetapi karena ia semata2 halus sifatnja. Biasanja ia pantang makan djenis makanan tertentu dan dengan tjermat memilih jang ia senangi, dan inipun tak banjak pula. Tidak henti2nja ia mengeluh kesakitan diberbagai bagian tubuhnja. Ia mentjeritakan, bahwa ia bermimpi akan dihanjutkan oléh sungai. Ia banjak mimpi, dan badannja se-olah2 berlumpur (seperti kali) bahkan ia mendjadi rumah jang penuh dengan impian2. Selalu ia berpimpi tentang segala matjam peristiwa dan djika ia bangun, ia berkata kepada kawan2nja : ,,Sekarang ini tubuh saja berlumpur; aku bermimpi, bahwa banjak orang memukulku hingga mati dan aku tak tahu bagaimana aku