Lompat ke isi

Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/228

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

229

INDIVIDU DAN POLA-POLA KEBUDAJAAN

meréka itu kurang-mampu dalam sesuatu hal, kesalahan2 jang dilakunnja, kesemuanja itu adalah akibat{{2}] ketjaman jang dilantjarkan kepadanja oléh tradisi masjarakat; dan hanja sedikit sadja orang jang bisa menuntut kehidupan jang memuaskan, apabila ia tak disokong oléh masjarakat. Penjesuaian, jang diminta masjarakat daripadanja, adalah demikian mendalam sifatnja, sehingga ini pasti menghabiskan dajahidup setiap orang, sehingga terdjadilah konflik2, jang lalu kita pandang sebagai akibat-langsung daripada homoséksualitétnja itu.

Dalam masjarakat kita trance juga dianggap sebagai suatu hal jang abnormal. Bahkan seorang mystikus ringan dalam peradaban Barat digolongkan sebagai orang jang abnormal. Apabila kita hendak menjelidiki peristiwa2 trance dan ajan dalam masjarakat kita sendiri, maka kita harus menjelidiki lukisan{{2}] tentang orang{{2}] abnormal. Oléh karena itu nampaknja, se-olah2 trance dan ajan itu tak bisa dipisahkan dari neurose dan psychose. Djuga seperti halnja homoséksualitét, hubungan ini hanjalah berlaku di-daerah2 kita dan dizaman jang tertentu pula. Bahkan dalam daérah-budajaan kita sendiripun, tak demikianlah halnja dizaman dahulu. Di Abad pertengahan peristiwa2 trance dianggap sebagai jang berharga, jakni pengalaman2 ekstase dianggap sebagai tanda kesutjian oléh Katholisisme. Orang2, jang pada kodratnja bertjenderung mendapat pengalaman2 sematjam itu, oléh karena itupun didorong dalam kariérenja, dan djusteru tidak terdjerat dalam persengkétaan2 jang mentjélakakan. Dizaman itu, pengalaman2 sematjam itu malahan berarti pengakuan adanja bakat jang bagus dan bukanlah tanda penjakit gila. Oléh karena itu, orang2 seperti itu berhasil atau gagal sesuai dengan ada-tidaknja kemampuan2 lainnja sedangkan pemimpin2 jang ulung dan ternama, djusteru karena pengalaman2 trance dipandang tinggi dan dihormati, biasanja mémang memiliki bakat itu.

Dikalangan bangsa2 primitif, sering terdjadi, bahwa pengalaman2 trance dan ajan mendapat penghargaan jang tinggi. Dikalangan beberapa suku2 Indian di Kalifornia hanja merékalah dianggap terpandang jang telah mengalami keadaan2 trance jang tertentu. Tidak semuasuku2 ini beranggapan, bahwa pengalaman2 itu hanja bisa terdjadi pada kaum wanita sadja akan tetapi anggapan jang demikian itu berlaku dikalangan orang2 Shasta, Sjaman2, jang paling terpandang dikalangan suku2 Shasta ini, semuanja adalah wanita. Meréka terpilih menjadi sjaman, djusteru karena meréka mempunyai ketjenderungan2 untuk mengalami keadaan-trance dan melakukan hal2 jang bertalian dengan itu. Seorang wanita dengan bakat-trance bisa se-konjong2 djatuh ditanah di-tengah2 pekerdjaannja se-hari2. Ia mendengar suatu suara, jang berbitjara kepadany dengan penuh kejakinan. Ketika ia menengok kebelakang, ia melihat seorang laki2 jang mengarahkan busur dan