Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/222

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

223

INDIVIDU DAN POLA-POLA KEBUDAJAAN

jang berdaasarkan bakatnja suka sekali berkelakuan seperti itu, mendjadi pemimpin2 masjarakat, dan dalam kebudajaan sematjam itu meréka bisa berkembang se-pesat2nja sebagai pribadi.

Maka ternjata dengan djelasnja, bahwa suatu sikap-hidup perseorangan jang se-baik2nja tidaklah tergantung dari hal menuruti motif tertentu dan meninggalkan motif2 jang lainnja. Tidak begitu soalnja. Sedangkan meréka jang bakat kodratinja paling mendekati kelakuan chas masjarakatnya, lebih beruntung, maka meréka jang bakatnja berada diluar segmén kelakuan2 jang diperkembangkan setjara istiméwa oléh kebudajaannja, djusteru kehilangan pedoman.

Orang2 jang kehilangan pedoman itu, jakni meréka jang tak berhasil menjesuaikan dirinja setjara tepat dengan kebudajaannya, sesungguhnjalah sangat penting sebagai bahan ilmu perbandingan psikiatri. Seringkali orang salah dalam mengadjukan masalah pskiarti , karena ia bertolak dari suatu daftar jang tetap berisi gedjala2 dan tidak bertolak dari hal mempeladjari meréka, jang dikutuk oléh masjarakatnja karna kelakuannja yang chas.

Semua suku2 jang kita lukiskan, mempunjai individu2 „abnormal”, jang agak tersisih dari kegiatan masjarakat. Orang jang dikalangan suku Dobu dianggap abnormal", adalah orang jang mémang berbakat tamah-tamah dan suka mengerdjakan sesuatu djusteru karena sifat pekerdjaannja itu, tidak ada pamrih apa2. Ia seorang baik hati, jang tak mau menindas atau menghukum sesamanja. Ia bekerdja bagi siapapun, jang minta bantuannja dan ia tak kenal lelah dalam melaksanakan tugas2nja. Berlawanan dengan orang2 lain ia tak mengenal rasa tjemas terhadap kegelapan dan — djuga sangat berlainan dengan orang2 sebangsanja — ia samasekali tak menolak untuk mengerlingkan mata tanda persahabatan terhadap seorang wanita, jang merupakan kerabat dekat, seperti misalnja isterinja atau adiknja. Malahan sering djuga ia me-nepuk2nja setjara ramah-tamah. Bagi orang2 Dobu jang lainnja, hal sematjam ini dianggap sangat tidak sopan; akan tetapi karena jang melakukan ini si „abnormal", maka dianggapnja sebagai suatu kelakuan jang bodoh sadja. Orang2 didésa memperlakukan dia tjukup baik, tidak menjalahgunakan kebaikannja dan tidak pula meng-olok2kannja, tetapi dengan tegas meréka menganggap dia sebagai orang jang tidak waras.

Kelakukan orang Dobu-pandir ini dalam masa2 tertentu dimasjarakat kita dianggap sebagai sesuatu jang idéal, dan masih disukai oleh sebagian besar masjarakat2 Barat. Apalagi djikalau mengenai seorang wanita, maka sampai sekarangpun dengan sifat2nja itu akan mendapat tempat jang terhormat dalam keluarganja dan dalam masjarakatnja. Peristiwa, bahwa orang Dobu-pandir jang kita perbintjangkan itu tidak