222
POLA-POLA KEBUDAJAAN
Orang2 jang dukatjitanja terutama sekari ditudjukan kepada keadaan dan tidak kepada pribadi otung jang mati sedikit-banjaknja bisa diberi kepuasan dalam ,kebudajaan2 ini, jang tak murgkin terdjadi dalam lembaga2 kita. Kita mengakui kemungkiran pemetjahan masalah
dengan tjara demikian itu,.akan tetapi kita selalu berusaha pula untuk memperketjil hubungannja dengan sifat kehilangan jang semula. Kita tak mempergunakannja sebagai suatu téknik bergabung, dan orang2} sadja tanpa bantuan, hingga krisis jang sukar ini telah lampau.
Masih ada sikap lain jang mungkin terhadap keketjéwaan. Dan ini sama sekali berlawanan dengan orang2 Pueblo, dan kita telah melukiskannja, ketika kita
memperbintjangkan réasi2 Dionysis bangsa Indian Padangrumput. Meréka bukannja
berusaha untuk melupakan peristiwa itu dersan pérasaan ketjewa
se-ketjil2nja, akan tetapi
djusteru berusaha meerlenjapkan
perasaan tertekan itu dengan menjatakan perasaan sedih itu se-hébat2nja. Orang2 Indian padangrumput dalam peristiwa2 sematjam itu berbuat sangat ber-lebih2an sekali, dan meréka menganggap. swadjarnja bahwa perasaan2nja
itu dinjatakan dengan tjara jang se-hébat2nja.
Kita selalu bisa mem-béda2kan dalam tiap2 kelompok tjara jang wadjar dalam men ghadapi bertjara2 dan peristiwa2 jang menjedihkan : dengan djalan mensgabaikannja, menangis sekuat2nja, perasaan2 untuk membalas dendam, melenjapkan perasaan ketjéwa dengan menghukum
orang lain atau usaha untuk menormalkan lagi keadaan supaja seperti dahulu lagi. Dalam tjatatan2 psitiatri masjarakat kita, beberapa tjara ini dianngap sebagai tjara2 jang salah dan buruk untuk melepaskan diri
dari kesukaran2 jang lainnja lagi dianggapnja sebagai tjara jang baik. Orang beranggapan, bahwa réaksi jang buruk mengakibatkan sengkéta2 dan orangpun bisa gila oléh karenanja, sedangkan tjara2 jang aik itu
bisa memadjukan kelakuan2 sosial jang memuaskan. Akan tetapi djelaslah, bahwa orangpun tak bisa memberi arti jang mutlak kepada hubungan antara apa jang dinamakan tendénsi2 ,,buruk" dan abnormal. Hasrat untuk menghindarkan diri dari
rasa dukatjita dan meninggalkan perasaan itu dengan tjara bagaimanapun djuga, tidak menimbulkan neurose,djikalau
seperti halnja dikalangan bangsa
Pueblo, lembaga moral ini disokong oléh semua adatkèbiasaan2 dan oléh sikap koléktif kelompok.
Oléh karena itulah, bahwa Pueblo bukanlah bangsa jang neurotis.
Kebudajaannja memberi kesan, bahwa ia memadjukan keséhatan djiwa.
Dengan tjara ini pula sikap paranoia jang demikian menondjolnja dikalangan orang2 Kwakiutl, dikutuk dengan keras dalam teori2 psitkiatri masjarakat kita karena hal ini sering kali mengakinatkan runtuhnja keperibadian. Akan tetapi dikalangan bangsa Kwikiutl, djusteru orang2