Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/223

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

224

POLA-POLA KEBUDAJAAN

tjotjok dalam kebudajaannja tidaklah ditentukan oleh bakat kodratnja, akan tetapi karena adanja djurang-perbedaan antara bakatnja itu dengan anggapan² kebudjaannja.

Ketanjakan para ahli ethnologi, jang mengalami kenjataan² sematjam itu, bisa mengiakan bahwa orang² jang oleh masjarakat jang satunja dikutuk, dalam masjarakat jang lain mungkin tidak di-apa²kan. Lowie telah mendjumpai seorang Indian-Gagak padangrumput, jang ternjata memiliki banjak sekali pengetahuan tentang berbagai pengutjapan² kebudajaannja. Ia menganggapnja penting untuk memandangnja setjara objektif dan untuk menghubung²kan berbagai aspek²nja. Ia banjak perhatiannja kepada fakta² genealogi dan ia merupakan sumber jang tak ternilai bagi bahan² sedjarah. Pendeknja, ia adalah seorang djurubitjara jang sempurna dari kehidupan kaum Indian-Gagak. Akan tetapi sifat²nja ini bukanlah sifat² jang dikalangan kaum Indian-Gagak bisa membuat dia seorang jang terhormat dan masjhur. Ahli-sedjarah kita ini adalah orang jang takut² akan bahaja badani, padahal keberanian adalah sifat jang dianggap paling tinggi oleh sukunja. Soalnja mendjadi lebih buruk Jagi, ketika ia berusaha supaja lebih dipandang hebat, dengan djalan mentjeriterakan bahwa ia telah berdjasa dalam sesuatu peperangan, jang ternjata hanja isapan djempol sadja. Telah bisa dibuktikan, bahwa ia tidak pernah membawa seekor kuda jang diikat dari perkampungan musuh keperkampungannja sendiri, seperti jang telah ditjeritakannja. Menuntut setjara palsu suatu kemasjhuran dalam medan-perang adalah salah suatu dosa jang paling besar, dan pendapat umum oleh karena itupun bersesuai paham, bahwa dia itu seorang jang tak bertanggungdjawab dan kurang-tjakap.

Peristiwa² sematjam itu bisa dibandingkan dengan sikap dalam peradaban kita terhadap seseorang, jang tak bisa menganggap milik perseorangan sebagai sesuatu jang mahapenting dan menentukan dalam hidup. Orang² bergelandangan dalam masjarakat kita semangkin banjak, karena ditambah dengan orang² jang sedikit sekali mempunjai hasrat untuk mengumpulkan kekajaan. Mereka ini kadang² djuga menggabungkan diri dalam golongan kaum gelandangan itu dan pendapat umum menganggapnja sebagai tjalon-pendjahat, hal mana memanglah mungkin sekali terdjadi, karena mereka disisihkan oleh masjarakat. Akan tetapi bisa pula terdjadi bahwa orang² demikian itu mendapatkan kompensasi dengan mengetengahkan temparamen keseniannja: mereka lalu menggabungkan diri dengan golongan seniman² jang tidak begitu ulung, jang menurut pendapat umum tidaklah djahat, hanja sadja dianggap agak aneh. Bagaimanapun djuga mereka tidak mendapat sokongan dari lembaga² masjarakatnja dan usaha²nja untuk menjatakan dirinja setjara memuaskan biasanja melebihi kekuatannja.