Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/211

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

212

POLA-POLA KEBUDAJAAN

sikap égoséntris dan penjalah-gunaan hubungan² perseorangan dalam kelakuan² Barat.

Jang erat hubungannja dengan perbédaan² struktur kebudajaan² jalah masalah nilai sosial. Pada perbintjangan² tentang nilai sosial pada umumnja kita puas dengan menjusun daftar tjiri²-watak jang dinginkan dan menundjukkan tudjuan sosial jang berisi nilai² sosial ini. Maka dikatakan orang misalnja, bahwa penghisapan orang lain dalam hubungan² perseorangan dan égoisme jang ber-lebih²an adalah djélék, sedang kan memasuki aktivitét sosial adalah baik; adapun suatu watak dikatakan baik, jang tak mentjari kepuasan pada sadisme dan masochisme akan tetapi bersedia untuk hidup dan membiarkan hidup. Akan tetapi ada suatu tatatertib sosial seperti halnja dikalangan orang² Zuni, dimana nilai² ini mendjadi lembaga², dimana kita mendapatkan keadaan „baik” ini sama sekali tidak Utopis. Susunan sosial sematjam itu memperlihatkan kekurangan² nilai² sosialnja. Misalnja tidak akan ada tempat bagi sifat² jang biasa kita hargai seperti misalnja tenaga-kemauan, inisiatif pribadi atau kesediaan untuk berdjuang melawan berbagai kesukaran. Organisasi sosial jang demikian itu tak boléh tidak lemah-lembut. Aktivitét kelompok jang mengisi masjarakat Zuni sesungguhnja tidak ada hubungannja dengan hidup manusia, jang terdiri dari kelahiran, tjinta, mati, suksés, kegagalan dan prestisé. Sebagai gantinja diadakanlah permainan keupatjaraan jang memperketjil kepentingan² manusia jang lebih hakiki. Kebebasan dari penghisapan masjarakat atau sadisme sosial tampak dibalik batu sebagai upatjara² jang tiada habis²nja, jang didjelmakan tidak untuk memenuhi tudjuan² terutama kehidupan manusia. Memang orang tak bisa menghindarkan diri dari kenjataan, bahwa setiap hal ada bagian atas dan bagian bawahnja, ada bagian kanan dan bagian kirinja. Ber-belit²nja dan berseluk-beluknja masalah nilai² sosial njata sekali dalam kebudajaan Kwakiutl. Sebagai motif utama sendi lembaga² orang² Kwakiutl adalah persaingan (rivalry = persaingan jang bersifat permusuhan) jang dalam hal ini hampir sama dengan masjarakat modérén dalam garis besarnja. Persaingan dalam hal ini adalah suatu bentuk perdjuangan, jang tak mengutamakan tudjuan² jang senjatanja, melainkan mengutamakan untuk mengalahkan saingannja. Oléh karena itu perhatian tak ditudjukan kepada persediaan tjukup bagi keluarganja atau memiliki kekajaan, untuk dipergunakan atau dinikmati, akan tetapi jang didjadikan tudjuan utama ialah mengalahkan tetangga nja dan memiliki lebih banjak lagi dibandingkan dengan siapapun. Untuk menggondol kemenangan dalam hal ini, segala kepentingan² lainnja diabaikan. Berlawanan dengan apa jang lazim dinamakan persaingan jang séhat maka perhatian dalam persaingan jang seperti ini tak lagi ditudjukan kepada perbuatan² jang mendjadi tudjuan asal, baik