Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/205

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

206

POLA-POLA KEBUDAJAAN


oléh sikap jang umumnja terkuasa. Pola² kebudajaan jang sangat mirip satu sama lain mungkin tidak memilih situasi² jang sama untuk tindakan memenuhi tudjuan² meréka jang utama. Dalam peradaban Barat, orang jang kedjam dalam persaingan² perdagangan adalah seringkali suami jang baik hati dan ajah jang suka mengalah. Pengedjaran suksés membabibuta dalam peradaban Barat tidak meluas sampai didalam kehidupan keluarga dalam bentuk dan rupa seperti dalam dunia perdagangan. Lembaga² jang menjekitari kedua aktivitét itu adalah saling berlainan sedemikian rupa, jang misalnja tiada kedapatan dikalangan penduduk Dobu. Hidup perkawinan dikalangan penduduk Dobu dikuasai oléh motif² jang sama seperti jang terdjadi pada perdagangaan Kula. Bahkan berkebun di Dobu adalah memiliki atau mentjuri ubi² pengusaha² kebun lain. Mémang berkebun sering merupakan suatu pekerdjaan routine jang dipengaruhi oléh berbagai pola² kebudajaan; ia merupakan suatu situasi dimana motif² jang berkuasa tidak meluas atau dimana motif² itu dibatasi.

Kehidupan suku Kwakiutl mengandung banjak tjontoh tentang ketidaksamaan kelakuan² itu dipengaruhi oléh struktur kebudajaan. Kita mengetahui bahwa réaksi karateristik orang² Kwakiutl terhadap kematian seorang bangsawan déwasa, ialah, bahwa ia berusaha melaksanakan suatu rentjana untuk bisa menebus peristiwa itu atau dengan lain perkataan untuk memukul kembali kepada bentjana jang menimpa dirinja. Akan tetapi seorang ajah-ibu muda jang menjedihkan kematian anak bajinja, kadang² berkelakuan lain sekali. Keluhan² dan ratapan² ibu sangat sedih dan mengharukan. Semua wanita² datang berkumpul untuk ikut menangis dan si ibu sambil menangis menggéndong anaknja jang mati itu. Ia menjuruh tukang² membuat bonéka dan tukang² pahat kaju untuk membuat berbagai matjam main²an, jang ditébarkan disekelilingnja. Wanita² menangis, dan si ibu berkata kepada anaknja sbb.:

Ah, ah, mengapa, anakku, engkau meninggalkan daku. Engkau telah memilihku sebagai ibumu dan aku telah berusaha berbuat se-gala²nja untukmu. Lihatlah main²anmu, jang telah kusuruh buatkan untukmu. Mengapa engkau meninggalkan daku, anakku? Barangkali aku berbuat salah terhadapmu ? Aku akan berusaha berbuat lebih baik, apabila engkau kembali kepadaku, anakku. Djanganlah pergi. Kasihanilah aku, ibumu ,anakku.

Ia minta kepada anaknja supaja kembali dan untuk kedua kalinja lahir melalui badannja.

Njanjian² Kwakiutl djuga sangat menjedihkan, apabila mengenai perpisahan antara kekasih² :