Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/200

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

SIFAT-TABIAT MASJARAKAT

2O1


Sukarnja dengan tafsiran2 naif mengenai kebudajaan2 dengan menggunakan pengertian2 kelakuan individuil tidaklah disebabkan karana tafsiran itu sifatnja psikologis, akan tetapi, bahwasanja merếka mengabaikan sedjarah, dan pula mengabaikan prosếs kesedjarahan tentang penerimaan dan penolakan tjiri2 kebudajaan. Djikalau kita hendak menerangkan kebudajaan dalam keseluruhannja, maka kita mesti menerangkannja dengan pengertian2 psikologi individuil, akan tetapi penerangan ini harus bersandar baik kepada sedjarah maupun psikologi. Mdmang benar, bahwa tjorak Dionysis dengan tegasnja terdapat dalam lembaga2 kebudajaan2 tertentu, karena tjorak ini selalu merupakan kemungkinan psikologis, akan tetapi kenjataan bahwa tjorak ini ada dalam kebudajaan2 jang satu, dan tidak dalam kebudajaan2 lain, harus diterangkan dari kedjadian2 sedjarah, jang pada tempat jang satu menumbuhkan tjorak ini, dan didaếrah lain djusteru menghalang2i pendjelmaan2 tjorak itu. Dalam penafsiran beberapa hal tentang bentuk2 kebudajaan, baik sedjarah maupun psikologi perlu; kita tak bisa minta bantuan dari jang satu dalam hal2 dimana hanja jang lain bisa memberinja.


Ini membawa kita kepada salah suatu titik2 pendếkatan jang paling tadjam mengenai anthropologi keseluruhanz (Configurational anthropology). Ini merupakan sengkếta tentang asas2 biolcgis gedjala2 sosial. Saja mengatakan se-olah2 temperamến manusa bersifat sedikit-banjaknja tetap di-mana2 didunia ini, se-olah2 dalam tiap2 masjarakat pembagian temperamến individuil jang kira2 sama selalu terdapat dengan tegasnja, dan se-olah2 kebudajaan itu masing2 dipilih dari temperamến2, jang sesuai dengan bentuk2 tradisionilnja dan sebagian terbesar individu2 ditempa dan tunduk kepadanja. Menurut tafsiran ini maka misalnja pengalaman dalam keadaan kesurupan merupakan suatu kemungkinan psikologis bagi sedjumlah individu2 jang tertentu dikalangan penduduk jang manapun djuga. Apabila pengalaman dalam keadaan kesurupan ini dihormati dan dihargai, maka suatu djumlah besar orang bisa mentjapai keadaan ini atau se-tidak2nja pura2 mentjapai keadaan itu, sedangkan sebaliknja dalam peradaban kita, dimana hai ini dianggap sebagai noda dalam keluarga, djumlah ini terbatas pada djumlah ketjil orang2, jang dianggap orang2 jang abnormal.


Akan tetapi masih mungkin ada tafsiran lain. Dari berbagai pihak dinjatakan dengan tegas, bahwa tjiri2 psikologi tak terdjadi dari seleksi kebudajaan, akan tetapi merupakan warisan biologis. Menurut anggapan ini, perbếdaanz itu dikembalikan kepada perbếdaan djenis-bangsa, sehingga misalnja orang Indian dipadangrumput mentjari visiun, karena tjiri ini diwarisi olếh zat chromosom2-djenisnja. Demikian pula kebudajaan-Pueblo menghargai dan menghormati kesabaran dan pengen-