Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/19

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

20

POLA-POLA KEBUDAJAAN

nama2 untuk menjebut pengerian „manusia”, djadi : meréka itu sendiri! Diluar kelompok jang tertutup itu tiada manusia. Dan ini terdjadi meskipun dilihat setjara objéktif setiap suku dikungkungi oléh suku2 lainnja, jang sering menemukan alat2 jang sama, menggunakan tjara2 prodiksi jang sama pula, jang kesemuanja itu berkembang karena adanja saling tukar-menukar tjara dan kebiasaan antara suku jang satu dengan jang lainnja.

Manusia primitif tak pernah memandang djauh keseluruh dunia, dan menganggap „ummat manusia” sebagai satu keseluruhan sehingga sadar dan insjaf, bahwa ia senasib dengan manusia2 lainnja. Dari mulanja adalaah si provosialis jang memasang dinding–perpisahan tinggi2. Baik mengenai pemilihan isteri atau mengenai pemanggalan kepala, maka selalu jang merupakan perbédaan pertama dan utama jang dibuatnja ialah perbédaan antara kelompok sendiri dan semua orang jang tak termasuk kelompok itu. Kelompok sendiri, serta semua tatatjara maupun kelakuan2nja adalah istiméwa, tiada banding–taranja.

Dengan demikian manusia modérén, apabila ia membagi golongan2 atau kelompok2 jang berada dalam batas2 peradabannja sendiri dipandang dari sudut pertalian darah dan kebudajaan seperti halnja dengan suku2 digurun-pasir Australia dalam „bangsa jang terpilih” dan bangsa2 asing jang berbahaja, maka ia bisa membenarkan sikapnja itu karena sikap ini selalu ada sedjak dahulukala. Bangsa? Pynépun mempunjai prétensi sematjam itu pula. Tidak mudah untuk membébaskan diri dari pada sifat manusia jang sudah demikian mendalam dan mendarahdaging itu, akan tetapi se-tidak2nja kita bisa beladjar memahami sedjarahnja maupun berbagai bentuk dari sifat2 ini.

Salah satu bentuk jang sering dianggap sangat penting dan jang disebabkan oléh perasaan keagamaan, djadi tidak dianggap sebagai akibat umum provinsialisme, adalah suatu sikap jang lazim terdapat dalam peradaban Barat, selama agama masih merupakan unsurnja jang asasi. Perbedaan antara kelompok tertutup jang tertentu dan bangsa? diluarnja dalam rangka keagamaan mendjadi perbedaan antara kaum mukmin dan kaum kapir. Be-ribu2 tahun lamanja antara kedua kelompok ini tiada titik-pertemuan sama sekali. Tiada tjita atau lembaga jang berlaku dipihak jang satu bisa berlaku dipihak jang lain. Malahan orang menganggap setiap lembaga jang ada pada agama jang satu adalah lawan daripada lembaga jang ada pada agama lainnja, meskipun pada hakikatnja tiada banjak perbedaan antara kedua agama tersebut. Dipihak jang satu terdapatlah Kebenaran Ilahi dan mukmin sedjati, Wahju serta Tuhan sendiri, dipihak lainnja kesemuanja adalah kesesatan jang fana, chajal, ahli-neraka dan sjaitan. Mustahil bisa ada asas bersama antara lembaga dari kelompok2 jang bertentangan itu,