Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ILMUPENGETAHUAN ADATKEBIASAAN


Akan tetapi meluasnja peradaban bangsa² kulit putih bukanlah suatu suatu kenjataan sedjarah yang berdiri sendiri. Kelompok Polynesia belum lama berselang telah meluas dari Ontong di Djawa kepulau Pasa, dari Hawai ke Selandia Baru, sedangkan suku² jang berbahasa Bantu meluas dari Sahara sampai di Afrika Selatan. Akan tetapi dalam hal ini kita anggap bangsa² itu se-mata² adalah variasi setempat dari djenis manusia jang terlalu tjepat berkembangnja. Peradaban Barat memiliki segala alat² hasil penemuan² dilapangan pengangkutan dan memilikj pula lembaga² perdagangan jang tjabang²nja meluas di-mana2, sehingga mempermudah meluasnja. Tidaklah sukar, untuk memahami perkembangan ini dalam hubungan sedjarah.


Akibat² psikologis peluasan kebudajaan bangsa2 kulitputih ini sama sekali tak sesuai dengan akibat² kebendaannja. Peluasan kebudajaan kita diseluruh dunia telah membuat kita tak setjara sungguh² mengenal peradaban bangsa² lain. Hal seperti ini belum pernah terdjadi sebelumnja. Karena itu, kebudajaan kita telah mentjapai bentuk universil massif, dan tak lagi kita anggap sebagai suatu gedjala sedjarah, tetapi sebaliknja telah kita anggap sebagai hal jang mesti kita terima sebagai suatu kenjataan jang mutlak. Arti mahapenting persaingan ekonomi dalam masjarakat kita, kita anggap sebagai bukti bahwa memang inilah motif terutama sifat alami manusia dan kita anggap kelakuana anakketjil dalam peradaban kita dan di-klinik² anak, sebagai ilmudjiwa anak² pada umumnja, jakni sebagai tjara satu²nja seorang anak manusia harus berkelakuan. Jang demikian itupun berlaku pada kita tentang moral dan organisasi keluarga. Kita membéla dan mempertahankan sifat mutlak setiap motif, jang lajak bagi kita dan dengan demikian selalu menganggap tjara perbuatan kita setempat sebagai „kelakuan manusia pada umumnja” dan menganggap kebiasaan² dimasjarakat kita sebagai „sifat manusia pada umumnja”.


Manusia modérn telah mengangkat thésis ini sebagai salah satu asas jang terpenting bagi alampikirannja dan perbuatan²nja se-hari². Asal-usul sikap ini nampaknja—djika kita bandingkan dengan sikap jang hampir umum ada pada bangsa² primitif—merupaka salah satu djenis pembédaan asasi jang dibuat manusia, jakni pembédaan antara „golonganku sendiri” jang bersifat chusus dan tersendiri dan „golongan lain.” Semua suku² primitif tidak ketjualinja mempunjai anggapan jang sama mengenai golongan lain atau pihak luar ini; jakni dengan menempatkan golongan² lain itu diluar kodé moral jang berlaku dalam batas² kesukuannja serrdiri, bahkan menempatkan meréka itu sama sekali diluar bidang kemauusiaan. Banjak diantara suku², jang kita dapati misalnja : Zuni, Déné, Kiowa dan lain²nja, adalah nama² untuk menjebut dirinja sendiri, akan tetapi dalam pada itupun merupakan pula