Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/183

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

184

POLA-POLA KEBUDAJAAN

ruh2 dan memamerkan hak-istimewa Jang didapatnja. la mengumumkan namanja dan memperlihatkan kekuasaannja dengan djalan menjembuhkan orang jang sakit. Kemudian ia mem-bagi2 barang2nja, untuk memperkuat namanja dan mulailah ia dengan karitrenja sebagai sjaman.

Sjaman2 itu mempergunakan pula hak2-istiméwanja seperti pemimpin.tertinggi dan bangsawan2, Meréka djuga ber-lomba2 untuk semangkin menaikkan prestisenja. Sjaman2 itu mentjemoohkan tuntutan2 adikodrati saingan2nja dan ber-lomba2 dengan meréka dalam memamerkan kekuasaannja jang unggul. Tiap2 sjaman mempunjai ketjakapan istimewa jang agak berbeda dengan saingan2nja, dan pengikut2nja sangat memudji ketjakapan2nja itu dan men-djelek2kan kepunjaan sjaman2 jainnja. Beberapa sjaman menghisap penjakit itu. keluar. Ada sjaman2 jang menghisap penjakit keluar, ada djuga jang meng-gosok2, dan ada jang memanggil kembali djiwa2 jang hilang. Suatu tjara jang sangat disukai ialah melukiskan penjakit jang diderita oleh si sakit sebagai ,,tjatjing”. Untuk menjiapkan ini, si sjaman selalu membawa segulung bulu burung diantara giginja dan bibir-atasnja. Djikalau dipanggil untuk mengobati, lebih dahulu ia berkumur dengan air. Djikalau dengan demikian ia telah membuktikan, bahwa ia tak menjimpan apa2 dalam mulutnja, ia menari dan kemudian menggigit pipinja sambil menghisap, sehingga mulutnja penuh dengan judah jang bertjampur darah. Kemudian ia Judahkan darah itu, jang katanja telah dihisapnja dari tempat-penjakit, bersama2 dengan gulungan bulu burung itu didalam piring dan setelah membersihkan ,,tjatjing”nja, maka dipeslihatkanlah ,,tjatjing” itu, sebagai bukti bahwa ia telah mentjabut sebab sakit dan penjakit itu. Sering beberapa sjaman mentjoba kekuatannja pada orang sakit jang sama. Djikalau pertundjukannja tak berhasil, ia malu seperti halnja seorang pemimpin tertinggi jang dikalahkan dalam suatu perlombaan disekitar sepotong tembaga. Djikalau mereka gagal, maka mereka mati karena malu atau mereka mempersatukan tenaga2nja untuk membunuh Jawannja jang berhasil. Adalah suatu hal jang wadjar bagi mereka, bahwa ada orang Sjaman jang berhasil, dibunuh oléh musuhtaja. Kematian seorang sjaman tak dibalas karena kesaktiannja bisa dipergunakan untuk kebaikan dan untuk kedjahatan dan ahlisihir tak perlu diperlindungi.

Djuga dalam segi2 lainnja sjamanisme dikalangan orang2 Kwakiutl ada persamaannja dengan perlombaan dan persaingan duniawi, jang bertudjuan untuk memperkuat atau mengesjahkan djambul (crest) atan nama2 titulér. Seperti halnja dengan pewedjangan (inisiasi) dalam Sjarikat Kanibal jang merupakan suatu pertundjukan dramatis