Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/180

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

181

anak perempuan orang jang membunuh bapa-mertuanja, dan berdasarkan ini in mendapat hak atas tari2an itu, jang hendak dimilikinja dengan perkawinannja jang pertama itu.

 Dilihat dari segala sudut mémanglah perkawinan di Pesisir Barat Laut merupakan suatu transaksi dagang dan oleh karena itu berlaku pula aturan2 jang mengenal transaksi dagang lain2nja jang manapun djuga. Seorang wanita jang melahirkan seorang anak, sehingga harga pengantinnja telah tjukup dikembalikan, dianggap sudah dibeli kembali oleh kaum kerabatnja. Sudah barang tentu tak sesuai dengan ke-hormatannja untuk mengizinkan isterinja tinggal dirumahaja tanpa upah." Maka ia membajar lagi kepada bapa-mertuanja untuk isterinja, supaja ia tak perlu menerima belas-kasihan tanpa sesuatu imbangan.

 Apabila salah suatu pihak tidak puas mengenai pertukaran-perkawinan, maka bisalah timbul sengketa terang2an antara menantu-laki2 dan bapa-mertua. Dalam suatu peristiwa misalnja, seorang bapa-mertua memberikan selimut2 dan suatu nama kepada menantu-laki2 nja pada suatu pewédjangan anaknja jang paling bungsu, akan tetapi menantu- laki ini tak mem-bagi2kan selimut2 ini kepada kelompok2 setempat jang saling ber-saing2an, akan tetapi diberikannja kepada kerabatnja. sendiri. Ini suatu penghinaan jang hébat sekali, sebab ini berarti bahwa pemberian itu dianggap terlalu ketjil dibandingkan dengan kebesaran namanja. Bapa-mertua mengadakan pembalasan atas penghinaan kepada dirinja itu, jakni dengan djalan memanggil kembali anak-perempuannja dan anak2nja kedésanja sendiri. Ia maksudkan ini sebagai suatu- pukulan jang parah sekali bagi menantunja. Akan tetapi menantu ini memukul kembali dengan djalan membiarkan sadja isteri dan anak2nja dan samasekali tak menghiraukan nasibnja. ,,Maka malulah sang mertua, karena menantunja tak mau membajar untuk datang melihat anak2nja sendiri. Menantunja mengambil seorang isteri lain dan me- neruskan kariérenja.

 Ada pula kedjadian dimana seorang pemimpin-tertinggi tak sabar, karena bapa-mertuanja sangat lama menangguhkan pembajaran-kembalinja. Ia membuat patung isterinja dari kaju dan mengundang seluruh suku untuk menghadiri suatu pesta. Dengan disaksikan oleh semua undangan ia menggantungkan batu diléhér patung itu, kemudian me- lemparkanja kedalam laut. Untuk menghapuskan penghinaan jang demikian kedjinja, seharusnja bapa-mertua mem-bagi2kan kekajaannja lebih banjak lagi dan lebih banjak pula jang harus dihantjurkannja dari kekajaan jang dimilikinja, sehingga dengan demikian menantu-laki2 menghantjurkan deradjat tinggi stennia dan bapa mertoanja.. Sudah barang tentu perkawinan itu dibubarkan. Orang laki2, jang sendiri tak