Lompat ke isi

Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/179

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

180

POLA-POLA KEBUDAJAAN

telah rusak," sedangkan anak-menantu mendjawab : „Marilah kita bersenang hati". Ini dinamakan „menenggelamkan kano" dan berarti bahwa menantu-laki² segera mem-bagi²kan semua kekajaan jang ada didalamnja kepada anggota sukunja. Ini berarti, bahwa ia menghutangkan barang itu dengan memungut bunga, untuk semangkin memperluas kekajaan²nja. Ini adalah salah suatu puntjak kariére tiap² orang laki. Njanjian jang dimiliki oléh menantu-laki² pada peristiwa ini, menjatakan kemenangan seorang pemimpin tertinggi dipuntjak kekuasaannja :

Aku akan pergi untuk menghantjurkan Gunung Stevens,
Aku akan memakai gumpalan'nja sebagai batu² untuk dapurku;
Aku akan pergi untuk menghantjurkan Gunung Katstais;
Aku akan memakai gumpulan³nja sebagai batu² untuk dapurku

Dengan kawin empat kali, seorang laki² jang banjak ambisinja ingin mendapat semangkin banjak hak-istimewa dan pembajaran² kembali atas harga-pengantin. Djikalau mémang perkawinan sematjam itu dianggap perlu, akan tetapi tiada anak²-perempuan jang dewasa, perkawinan itu masih bisa djuga dilaksanakan. Menantu-laki itu menikah badan lainnja. Jang berarti suatu perkawinan-semu (perkawinan-gantung) dilaksanakan dengan upatjara jang lazim, dan dengan begitu diserahkanlah hak²nja. Dari peristiwa² sematjam itu amat teranglah, bahwa perkawinan di Pesisir Barat-Laut merupakan suatu tjara formil untuk menjerahkan hak², akan tetapi hal ini lebih djelas lagi dalam banjak tjerita tentang perkawinan antara anggota2 dari berbagai suku, dimana iri-hati mengakibatkan peperangan. Perkawinan seorang wanita terkemuka dengan orang laki² dari kelompok lain, mengakibatkan bahwa anggota² suku wanita itu kehilangan tarian dan hak²nja, dan ini tak disetudjui oléh meréka. Dalam salah suatu peristiwa, suku jang pada mulanja mendapatkan bapa mertuanja hak atas suatu tarian, mendjadi marah terhadap suatu perkawinan jang menjebabkan tarian ini diserahkan kepada seorang pemimpin tertinggi dari suku musuh. Meréka pura² mengadakan pésta dan diundanglah bapa-mertua dan sukunja. Ketika semua sudah berkumpul, meréka menjerang bapa-mertua itu dan membumihnja beserta banjak diantara kawan²nja. Dengan tjara ini merékà meng-halang2i hak meréka atas tarian berpindah ketangan pemimpin tertinggi musuh, jang telah mengadakan perdjandjian-perkawinan dan jang telah mendapat hak atas tarian itu sebagai pembajaran-kembali harga-pengantinnja. Akan tetapi pemimpin tertinggi ini, jang kehilangan haknja atas tari²an itu karena bapa- mertua meninggal, tak mau menjerah begitu sadja. Ia kawin dengan