Lompat ke isi

Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/175

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

176

POLA-POLA KEBUDAJAAN

terpenting untuk ini ialah pelantikan seorang ahliwaris, perkawinan, mendapat dan memamerkan kekuasaan keagamaan, berkabung, peperangan dan bentjana.

Memang pelantikan seorang ahliwaris merupakan kesempatan jang baik sekali untuk mengemukakan hak²nja atas kebesaran se-bebas²nja. Tiap² nama, tiap² hak-istiméwa harus diserahkan kepada penggantinja dan penjerahan ini harus diperkuat dengan pembagian jang karakteristik dan pula penghanjuran kekajaan. Orang baru itu harus dipersendjatai dengan ,,perlengkapan kekajaan Petlatch² Semajam Itu adalah peristiwa² jang penting dan banjak selukbeluknja, akan tetapi pada umumnja tjara berlangsungnja sederhana sadja, Potlatch berikut ini, jak si potlacth ,,kayi kebesaran nama pangeraanja : TlisotiWalis” adalah sangat representatif, Jakni re-ta bagi semua suku² jang masih ada hubungan-darahnja. Ketika semua sudah berkumpul, pemimpin Tertinggi, ajah Tlassotiwalis. memberi gambaran jang dramatis tentang hak²-istimewa, jang dipunjainja berdasarkan suatu mythos-keluarga dan ia mengumumkan pe ggantian nama anak laki²nja. Sekararg si ahliwaris harus menerima nama² pangeran jang tradionil. Kekajaan², jarg di-bagi²kan sebagai perghormatan kepadanja, sudah disiapkan, Pada puntjak tari²an, paduansuara atas nama ajahnja menjanji :


Berilah tempat dan berikan (tembaga) ini jang selalu kupakai untuk mengatasi pemimpin-tertinggi jarg mendjadi sainganku.

Djangan minta ampun, suku, dengan lidah jang dikeluarkan dan tangan dipunggung.


Maka keluarlah pargeran itu dari dalam kamar dengan membawa tembaga Dantalayu. Ajahnja berseru kepadanja dergan peringatan jang merangsang: ,,Ah engkau orang besar, pemimpin-tertinggi Tlâsotiwalis. Betul²kah engkau merghasratkan itu ? Mémanglah hasratmu, untuk membiarkan mati disamping api, tembaga ini, jang mempunjai nama jakni Dantalayu ? Angkatlah dirimu diatas kedudukan jang terhormat. Sebab sesungguhnjalah engkau ahliwaris pemimpin² tertinggi jang luar- biasa, jang rojal, dan memperlakukan tembaga setjara itu, tembaga jang bernama” (jakri mematahkan meréka). Anak laki² itu mematahkan tembaga itu berikut upatjara² seperlunja dan mem-bagi²kannja di- antara saingan²nja, dan kemudian mengutjapkan pidato jang ditudjukan kepada para tamu, sbb.: ,,Aku mengikuti djalan jang ditempuh oleh ajahku, djalan jang harus dilalui, luar-biasa, rojal, jakni pemimpin- tertinggi jang tiada belas kasihan, pemimpin tertinggi jang tak takut apapun djuga. Inilah jang hendak kukatakan pemimpin² tertinggi aku telah menarikan tembaga sehingga ter-potong², djusteru, hai suku²!'