Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/172

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

173


kembang mendjadi permusuhan terang²an. Kedua kepala suku ini sahabat baik. Si Buang mengundang clan sahabatnja untuk menghadiri pésta-buah-salem, akan tetapi di Buang ini dengan semberono mendapatkan gemuk serta buah²an didalam kano² jang tak tjukup dibersihkan seperti jang disjaratkan untuk menghormati meréka. Si Pembalap menganggap ini sebagai suatu penghinaan. Ia tak sudi memakannja, diam sadja sambil merebahkan diri dan menutupi mukanja dengan selimut hitam dari kulit-beruang, dan semua kerabat²nja ketika melihat kemarahannja mengikuti tjontohnja. Tuan-rumah mengadjak dan mengandjurkan kepadanja supaja makan, akan tetapi Si Pembalap menjuruh djurubitjara berkata kepapa Si Buang sambil menjatakan keluhannja dan mengetjam tjara penerimaan jang kurang hormat „Pemimpin-tertinggi kita tak sudi makan kutoran² jang anda suguhkan kepada kami hai orang kotor.” Si Buang mendjawab dengan marah : „O, begitu. Anda berbitjara se-olah² anda orang kaja sadja.” Si Pembalap mendjawab : „Mémang aku orang jang sangat kaja, ”dan ia menjuruh utusannja untuk mengambil tembaga Binatang Lautnja. Meréka memberikan kepadanja, ia memasukkannja dalam api „untuk memadamkan api lawannja,” Si Buangpun menjuruh ambil tembaganja jang bernama Si Terlihat serong dan iapun memasukkannja kedalam api dilapanganpésta „untuk memelihara njala api.” Akan tetapi Si Pembalap masih mempunjai tembaga lagi, si Belekok, dan disuruhnja mengambilnja, untuk dimasukkan kedalam api, supaja padam,” Si Buang tak mempunjai tembaga lagi, sehingga ia tak mempunjai bahan-bakar lagi untuk tetap menjalakan apinja, dan karena itulah dalam ronde pertama itu ia dikajahkan.

Hari berikutnja Si Pembalap mengadakan pésta sematjam itu lagi, dan mengundang si Buang untuk menghadiri pésta tsb. Dalam pada itu Si Buang berhasil memindjam tembaga dengan djaminan barang². Oleh karena itu ketika disuguhkan appel liar dan gemuk kepadanja, ia menolaknja sambil menggunakan perkataan² jang sama dengan apa jang diutjapkan si Pembalap dahulu dan iapun menjuruh mengambil tembaga Wadjah Hari. Si Pembalap berdiri, katanja : „Sekarang apiku mati. Akan tetapi tunggu dulu. Duduklah lagi dan lihatlah apa jang akan kuperbuat.” Ia menarikan seperti orang kesurupan Tari²an Pandir — ia anggota Sjarikat Pandir — dan ia membinasakan empat kano bapa-mertuanja. Budak²nja membawa kano² itu kedalam rumah tempat pésta dan ditumpuknja diatas api untuk menghapuskan perasaan malu bahwa apinja telah dipadamkan oléh tembaga si Buang, Tamu²nja bagaimanapun djuga harus tetap duduk ditempatnja, karena kalau tidak, hal ini berarti bahwa harus mengakui kekalahannja. Selimut² kulit, beruang dari Si Buang membara dan dibawah selimut itu kakinja luka²