Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/170

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

171

buangnja dalam laut dari salah suatu tempat jang tinggi dipantai. Ia memang kehilangan kedjajaannja akan tetapi prestisénja naik berlipatganda. la dengan tegas mengalahkan lawannja, jang sekarang harus menghantjurkan pula tembaga jang sama nilairja atau ia harus mengundurkan diri dari medan-perdjuangan sebagai orang jang kalah.

Kelakuan jang diharapkan dari seorang pemimpin tertinggi jalah tjongkak dan agak se-wénang2. Memang dengan sendirinja ada hambatan2 kebudajaan terhadap peranan pemimpin tertinggi jang terlalu mau berkuasa, Seorang pemimpin tertinggi dilarang menghantjurkan kekajaan sedemikian rupa, sehingga seluruh sukurja mendjadi melarat atau mengadakan perlombaan jang menghantjurkan samasekali kemakmuran rakjat. Hambatan sosial besar jang bekerdja untuk membatasi aktivitétnja ternjata dalam suatu tabu moril : tabu-ber-lebih2an. Berbuat berlebih2an selalu berbahaja dan seorang pemimpin tertinggi harus mengingati batas2 jang tertentu, Batas2 jang ditectukan oleh adat mengizinkan perbuatan2 jang ber-lebih2an, akan tetapi hambatan selalu timbul, sepera setelah pemimpin tertinggi melampaui sjarat2 jang diperlukan untuk merdapatkan bantuan dari sukurja. Menurut pendapat mertka, nasib-baik meninggalkan orang jang terlalu mau ter-lebih2an, sehingga pengikut2nja membiarkan dia sendiri. Masjarakat menetapkan batas, meskipun menurut kita batas2 itu sangat aneh dan menghérankan.

Hasrat untuk mendjadi unggul jang di Pesisir Barat-Laut diberi kesempatan se-luas2nja, ternjata dengan djelasrja dalam tiap2 bagian se-ketjil2nja dari pertukaran-potlatchrja. Bagi pottatch2 besar undangan2 itu didjalankan setahun atau lebih sebelumnja dan datanglah kano2 penuh dengan orang2 terkemuka dari suku2 djauh. Tuan rumah mulai dengan mendjual tembaga sambil mengutjapkan pidato2 jang berisi pudjian2 pada diri sendiri tentang kebesaran namarja dan tentang nilas tembaganja, Ia menantang tamu2, untuk muntjul dengan kekajaan2nya, jang dibawanja sebagai hadiah-balasan. Tamu2 mulai dengan menawar se-rendah2nja, sebagian se-ketjil2nja dari harga jang dinilai, dan berangsur2 dinaikkan sampai ketawaran jang tertinggi. Pengikut2 pendjual menjambut tiap2 tawaran Laru dengan utjapan2 jang penuh amarah : „Kau kira, bahwa dengan begitu tertjapai tawaran terachir2 Kau tak pikir baik2, sebelumnja memutuskan, untuk membeli tembaga jang besar ini. Kau belum menawar se-tinggi2rja, kau harus menawar lagi. Harga tembaga ini harus sesuai dengan kebesaranku. Aku minta empatratus lebih lagi”. Pembelian mendjawab : ,,Ja pemimpin tertinggi, anda tak mempunjai belaskasihan,” dan dengan segera pula menjuruh orang untuk mengambil selimut2 jang diminta itu. Penghitung selimutnja menghitung dengan suara keras dan berkata kepada suku2 jarg berkurm-