Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

16

POLA-POLA KEBUDAJAAN

Tiada orang bisa menandang dunia ini tanpa prasangka samasekali. Setiap pandangan dikaburkan oléh serangkaian adatkebiasaan lembaga dan tjara berpikir jang tertentu. Bahkan filsuf jang berusaha se-kuat²nja untuk menemukan kebenaran, tak bisa melintasi rintangan² ini anggapannja mengenai apa jang benar dan apa jang tak benar tak akan bisa samasekali lepas daripada adatkebiasaan tradisionilnja jang tertentu. John Dewey setjara sungguh² mengatakan bahwa pengaruh adatkebiasaan kolléktif dalam membentuk kelakuan individu djika dibandingkan dengan pengaruh kelakuan individu terhadap adatkebiasaan kolléktif, adalah sama dengan perbandingan antara seluruh perbendaharaan kata² bahasa-ibunja dan kata² anak²nja jang dimasukkan dalam bahasa keluarganja. Apabila kita menjelidiki setjara mendalam dan tandas sistim² masjarakat jang mendapat kesempatan berkembang tanpa pengaruh² dari luar, maka ternjata, bahwa perbandingan ini memanglah benar dan sesuai dengan kenjataan. Riwajat hidup individu terutama sekali ialah penjesuaian diri kepada pola² dan ukuran², jang turun-temurun ada dalam masjarakatnja. Sedjak saat ia dilahirkan, adatkebiasaan lingkungan tempat ia dilahirkan menentukan pengalaman dan kelakuannja. Mendjelang waktu ia mulai berbitjara, ia telah merupakan hasil ketjil daripada kebudajaannja dan bila sudah déwasa dan sudah bisa ikutserta dalam kegiatan² masjarakatnja, maka adatkebiasaan², kepertjajaan dan larangan2 lingkungannja merupakan pula adatkebiasaan²nja, kepertjajaannja dan larangan²nja. Setiap anak² jang lahir dalam kelompoknja, akan mempunjai adatkebiasaan jang sama dengan adatkebiasaan kelompok itu, dan tiada anak jang dilahirkan dipendjuru lain didunia ini akan bisa memiliki seperseribu daripadanja. Tiada satu masalah sosial jang minta perhatian sedemikian mendesak seperti masalah peranan jang dilakukan oléh adatkebiasaan. Selama kita belum memahami hukum² dan keanékawarnaannja, maka kita tetap tak akan mengerti latarbelakang kenjataan² terpenting jang membuat kehidupan manusia itu sedemikian banjak selukbeluknja.

Penjelidikan adatkebiasaan² hanja bisa berhasil, setelah diterima dan diakui adanja beberapa dalil² tertentu, akan tetapi beberapa diantara dalil² jtu mendapat tentangan keras. Pertama, setiap penjelidikan ilmiah tidak memboléhkan adanja ketjenderungan untuk lebih menjukai bagian jang satu atas bagian jang lain dari rangkaian hal² jang telah dipilih sebagai objék penjelidikannja. Di-lapangan², jang tak banjak terdapat perbedaan2, seperti misalnja menjelidiki djenis² kaktus atau rajap atau sitat² kabut, tjarakerdja jang se-baik²nja ialah membagi bahan² jang penting dalam golongan² jang tertentu dan memperhatikan semua bentuk dan keadaan jang berlainan jang mungkin timbul. Setjara begitu kita mengetahui semua jang harus kita ketahui tentang misalnja