Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/126

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
DOBU

dukkan kepala, sedangkan orang² lain membawakan barang² itu kedésa. meréka menunggu sampai perarakan itu kembali, setelah mana meréka itu berdjalan lagi dibarisan paling depan, untuk kemudian kembali lagi kedésa ibu. Désa ajah oleh karena itupun dinamakan tempat, dimana kepala harus ditundukkan”. Lebih² tabu lagi, apabila hal ini mengenai désa dari suami atau isteri jang meninggal dunia. meréka harus berhenti ditempat jang lebih djauh lagi, atau melalui djalan mutar. Konsési² jang dalam ikatan perkawinan diberikan dengan hati jang berat, kemudian dibatasi dengan lebih keras.

Irihati, tjuriga, kesadaran hak-milik perseorangan jang ber-lebih²an, jang mendjadi tjiri orang² Dobu, berlaku djuga dengan kuat dalam hidup perkawinan. Akan tetapi tidaklah mungkin memahami tjiri² ini se-lengkap²nja, djikalau kita tak pula mengenal tjara hidup jang lainnja. Kita akan melihat, bahwa djumlah motif² dalam kehidupan orang Dobu sangat terbatas adanja. Djelaslah nanti bahwa adatkebiasaan² dan lembaga² adalah akibat² dari motif² ini, dan bahwa konsekwensinja sangat djauh. Disini tersimpul sesuatu jang mirip² dengan sikap-sempit dan kaku seorang maniak. Seluruh kehidupan merupakan perdjuangan mati²-an dan setiap keuntungan diperoleh atas kerugian lawannja. Perdjuangan ini mengandung sifat lain dari pada apa jang kelak akan kita lukiskan tentang daérah pantai Barat-Laut Amérika, dimana persaingan itu bersifat terbuka dan sengkéta itupun bersifat menantang dan terang²an. Orang² Dobu suka selingkuh dan suka chianat. Manusia baik, jakni manusia jang berhasil ialah orang jang mendesak orang lain dari kedudukannja. Dalam kebudajaan Dobu telah diolah tjara² jang chusus untuk itu dan ditjiptakan pula kesempatan² jang chusus pula. Ini menjebabkan seluruh kehidupan orang² Dobu ditempatkan dibawah tekanan motif² tersebut.

Hebatnja kesadaran-milik sehingga merugikan orang lain serta sifat saling tjuriga-mentjurigai dan permusuhan jang diakibatkan oleh sifat² ini, terdjelma pula dalam agamanja. Daérah luas Lautan Teduh jang meliputi djuga pulau² Dobu mengandung tjiri² magis. Sardjana², jang menganggap magi dan agama adalah bertentangan satu sama lain dan tak bisa didamaikan, mestinja akan menganggap orang Dobu tak beragama. Dilihat dari sudut anthropologi, baik magi maupun agama adalah tjara² jang saling isi mengisi untuk memetjahkan masalah² adikodrati, dimana agama chususnja ditudjukan untuk mengadakan perhubungan² perseorangan jang diinginkan dengan jang adikodrati dan magi bertudjuan untuk mempengaruhi kesaksian adikodrati jitu supaja menuruti kehendaknja. Pada orang² Dobu tak ada samasekali hubungan-damai dan baik dengan mahluk² adikodrati, dan djuga tak diberikan