Lompat ke isi

Halaman:Perbandingan Pendidikan.pdf/49

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sekolah diberi tjorak jang ”realistis”. Achir-achir ini kelihatan bahwa sekolah-sekolah sudah mulai mempraktekkan tjara-tjara jang lebih "modern”, seperti misalnja metode global dari Decroly dalam pengadjaran batja-tulis, pekerdjaan dalam kelompok dan mempeladjari sesuatu ditempat benda itu sendiri dan pemberian ”kuliah” oleh salah seorang anak kepada teman-temannja mengenai salah satu pokok peladjaran. Namun, kalau ditindjau setjara umum, sekolah Perantjis masih djauh berbeda dari sekolah Amerika misalnja.

Teori-teori "progresip” jang biasanja memberi tekanan pada sekolah-sekolah jang “terpusat pada sianak” (child-centred) dan jang ingin menemukan dan memenuhi "kebutuhan sianak jang dirasakannja sendiri”, tidak begitu laku di Perantjis. Djuga guru-guru Perantjis pada umumnja agak sangsi akan kebenaran pendapat bahwa sianak harus diberi tanggungdjawab sebesar-besarnja disekolah. Djuga disangsikan kebaikan sistim “bekerdja sambil bermain-main” jang oleh kaum progresip selalu diandjurkan.

Dan memang pada dasarnja hal ini mustahil dipraktekkan di Perantjis, karena semua murid terus-menerus sadar bahwa didepannja selalu ada suatu udjian jang perlu dikedjar dalam kemadjuan peladjarannja. Djadi, memang sukarlah untuk terlalu banjak membuang waktu !

Pendidikan dari umur 6 sampai 11 tahun ini djuga dinamakan cycle élémentaire, suatu istilah jang mulai dipakai sedjak Pembaruan Berthoin dalam tahun 1959. 21 Dari umur 11 sampai 13 sianak masuk cycle d'observation, jaitu 2 tahun masa pertjobaan, atau masa penentuan djurusan. Oleh karena siklus tersebut sudah termasuk taraf sekolah menengah, maka akan kita bitjarakan dalam bagian jang berikut.

PENDIDIKAN MENENGAH

Sampai pada tahun 1956, murid-murid jang ingin masuk sekolah menengah harus lulus dahulu dari Udjian Masuk Kelas Enam (Examen d’Entrée en Sixiéme). Ini sudah dihapuskan bagi murid-murid sekolah rendah negeri jang mempunjai angka-angka jang rata-rata tjukup. Djadi dewasa ini semua anak jang sudah menjelesaikan pendidikan rendah disuatu sekolah negeri, jang angka rapornja mentjukupi, setjara otomatis diterima dalam classes de sixiéme, jaitu tahun pertama dari cycle d’observation.

Dalam membitjarakan tangga pendidikan menengah di Perantjis,kita harus membiasakan diri dengan istilah jang agak aneh: kelas-kelas disekolah menengah dari jang rendah sampai kelas tertinggi diberi angka-angka jang menurun. Djadi kelas terendah ialah kelas keenam (classe de sixitme) dan pada tahun keenam dari peladjarannja sianak sampai dikelas I (premitre), jaitu sebaliknja daripada kebiasaan kita.

27