Jang diterima dalam cycle d’observation ialah anak jane berumur paling sedikit 11 tahun dan tidak lebih dari 12 tahun. Dalam tiap, daerah (département) diadakan udjian tertulis bagi tamatan sekolah rendah swasta dan bagi tamatan sekolah negeri tetapi jang angkanja tidak mentjukupi.
Lama beladjar dalam cycle d’observation ini adalah 2 tahun, djadi meliputi Kelas VI dan V. Selama kwartal pertama, semua murid diberi peladjaran jang sama. Kemudian mulailah masa pertjobaan dan masa penentuan djurusan. 22 Sebagian murid dimasukkan dalam Djurusan Klasik (Section Classique), dimana mulai dengan kwartal kedua tahun pertama murid-murid diberi peladjaran bahasa Latin.
Sebagian besar diantara murid memasuki apa jang dinamakan Djurusan Modern dan Teknik (Section Moderne et Technique). Guru-guru untuk masa penentuan djurusan ini adalah mereka jang sungguh-sungguh terlatih dan mempunjai idjazah pendidikan dan ilniu djiwa jang chusus. Dimasukkannja seorang murid kedalam djurusan klasik atau modern ditentukan oleh sebuah dewan penentuan djurusan (conseil d’orientation), jang terdiri dari guru-guru djurusan, dengan menghubungi orang tua simurid.
Setjara teori, orang tua dapat djuga mengabaikan petundjuk dewan itu, akan tetapi ini kiranja tidak sering terdjadi. Dan kalau orang tua memang tidak menjetudjui petundjuk dewan tersebut, jang mendjadi penentuan terachir ialah suatu udjian jang chusus menentukan djurusan. 23
Sesudah selesai cycle d’observation jang lamanja 2 tahun itu, maka bagi orang tua terbukalah 2 djalan. Pertama mereka dapat mengikuti petundjuk dewan penentuan djurusan dan mengirimkan anaknja kedjurusan jang diandjurkan. Kedua ialah bagi mereka jang tidak dapat menerima petundjuk dewan itu. Dalam hal ini sianak harus menempuh suatu test mengenai bakatnja.
Dasar fikiran bagi Pembaruan Berthoin dalam tahun 1959 ialah jang tersimpul dalam utjapan berikut : ,,Mendjamin adanja seleksi murid jang terbaik dengan djalan memadjukan semua anak-anak”. Inilah jang mendjadi dasar utama bagi gagasan penentuan djurusan itu. Memang hal ini sesuai benar dengan hasil-hasil penjelidikan dalam ilmu djiwa, jaitu bahwa anak jang satu seringkali perkembangannja tidak sama tjepatnja dengan jang lain, djadi seharusnjalah penentuan djurusan disekolah menengah itu diadakan dalam djangka waktu jang agak pandjang dan djangan pada suatu umur tertentu sadja.
Perlu diingat bahwa observasi dan orientasi mengenai bakat sianak tidaklah selesai dalam masa cycle d’observation sadja, melainkan terus menerus disekolah menengah. Perpindahan dari djurusan jang satu ke jang lainnja diadakan dengan memasukkan sianak kedalam kelas-kelas re-orientasi (classes passerelles).
28