ada hubungannja. Hal ini sudah kita singeung pada waktu membitjarakan gagasan-gagasan jang dilantjarkan oleh les compagnons.Jang perlu dihapuskan pertama-tama ialah penghalang-penghalang sosial jang memisahkan satu taraf pendidikan dari jang lainnja dan satu djenis pendidkan dari jang lainnja pula.
Baiklah kita bitjarakan masalah dualisme ini. Bagi anak-anak dari rakjat djelata, djalan jang terbuka dilapangan pendidikan ialah kategori sekolah jang dinamakan le primaire (sekolah rendah), jang tangga-tangganja ialah Ecole Maternelle (Taman Kanak-kanak), dilandjutkan dengan Ecole Primaire (Sekolah Rendah), Ecole Primaire Supérieure,(Sekolah Rendah Landjutan) dan Cours Complémentaires (Kursus Tambahan). Dari umur 13 sampai 18 tahun titik-berat pendidikan diletakkan pada pendidikan kedjuruan. Djadi dapat dilihat bahwa Le Primaire inilah satu-satunja djalan bagi banjak anak-anak menudju pekerdjaan dilapangan pertanian, industri atau perdagangan.
Harus pula diingat bahwa banjak murid-murid Le Primaire ini meninggalkan bangku sekolah pada umur 12 tahun, jaitu setamat Ecole Primaire. Sebaliknja bagi anak orang jang berada, ada djalan lain jang terbuka lebar, jaitu tangga persekolahan jang memungut uang sekolah, mulai dari Kindergarten melalui kelas-kelas persiapan
(Classes Preparatoires) jang seperti sudah disinggung diatas biasanja adalah bagian dari suatu lycée negeri atau collége kotapradja.
Setamat lycée atau collége sianak dapatlah melandjutkan keperguruan tinggi, jang terdiri atas universitas-universitas atau apa jang dinamakan Grandes Ecoles. Tangga persekolahan untuk orang berada
ini dinamakan le secondaire (kategori menengah), jang seperti sudah kita lihat, adalah satu-satunja tangga sebelum meningkat ke le supérieure (pendidikan tinggi).
Seperti sudah dikatakan diatas, menurut teori adalah mungkin djuga bagi anak jang mengikuti djenis le primaire untuk melandjutkan kedjenis le sécondaire dan dengan demikian dapat sampai pada le supérieure. Akan tetapi sangat djaranglah terdjadi hal demikian, oleh karena perbedaan kurikulum dan konsekwensi keuangannja
sangat menjukarkan. Susunan dan departementalisasi demikian inilah jang sungguh-sungguh hendak dibasmi oleh rentjana Jean Zay itu.
Dalam rentjana itu diandjurkan pemakaian istilah-istilah Premier Degré, Second Degré dan Troisiéme Degré untuk pendidikan tingkat rendah, menengah dan tinggi. Dimaksudkan agar hal ini bukan soal nama sadja, akan tetapi Premier Degré sungguh-sungguh, tanpa kesukaran, dapat dilandjutkan dengan pendidikan di Second Degré dan selandjutnja di Troisiéne Degré, dan keduanja sungguh-sungguh merupakan 1 dan bukan 2 matjam tangga pendidikan.
Penjelidikan dilapangan ilmu djiwa sangat berdjasa pula dalam
9