Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 17 —

baginda, aken bersedoe-sedoe lantaran tida tahan tanggoeng kasoesahan?

 „Maria!”

 Permeisoeri tida mendjawab, hanja ber­kata poelah:

 „Hajo, Leo! kita-orang misti lekas berlaloe dari sini, dari ini roemah, jang soeda tida ada berkahnja Alah!”

 „Pergi ka mana?”

 „Eh,  boekankah ia soeda mati? Apatah Sri padoeka barangkali tida taoe, jang poetra makota soeda tida ada lagi di doenia?”

 Sekarang baroe baginda mengarti. Iboenja poetra makota ada terlaloe lemah, aken memikoel itoe kasoesahan jang terdjadi di hadepan matanja.

 „Tentoe, kita-orang nanti berlaloe dari sini!” berkata baginda kamoedian, aken menghiboeri pada istrinja.

 Satelah itoe laloe ia adjak permeisoeri meliat anaknja, dengen harepan, bilah soeda banjak mengoetjoerken aer mata, iboe jang bertjilaka itoe nanti mendjadi sedikit senangan.

 Sigra kadoewa orang itoe berdjalan kaloear: baginda pimpin tangan istrinja, per­meisoeri menoeroet sadja ditoentoen sabagi satoe domba.  Radja Belgie

2.