Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 10 —

Pintoe kamar koenjoeng-koenjoeng terboeka dengen sanget plahan. Satoe tangan laloe memboeka klamboe, hingga permeisoeri kita mendjadi kaget, dan angkat kapalanja.

„O, Leopold! Leo!”

Kamoedian sigra ia berbangkit dari itoe divan, dan lepasken diri dalem tangannja ia poenja soeami.

„Tegoeken kaoe poenja hati!” kata ba­ginda, „tahanlah sabrapa jang kaoe bisa! Djoega akoe ada merasa tida enak sekali, dan . . . . .”

Soearanja seperti ada tertahan di tenggorokan, hingga sigra permeisoeri bisa merasaken, soeaminja jang gaga, jang sanantiasa ada poenja kahendak sabagi goenoeng jang tida bisa dikisar, ada memaksaken diri aken tinggal djadi laki-laki, sedeng sabenarnja ia ada menanggoeng berat sekali, kasoesahan jang dateng menimpah dalem itoe samantara waktoe. Ini membikin itoe iboe jang bertjilaka djadi kwatir sekali, dan dengen tida tahan sabar, ia laloe menanja:

„Bagimana? Apatah jang telah terdjadi padanja?”

„Ka'adahannja tida sekali ada berobah, kata toewan-toewan doktor.”