Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/131

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 115 —

kali baginda poeter balik perkatahannja sendiri, boeat hiboerken hati jang terganggoe. Kamoedian ia berkata:

 „Akoe sasoenggoenja ada merasa girang sekali, jang akoe poenja tingkatan bangsawan, tida ada begitoe tinggi sebagi akoe poenja papa mertoewa. Lantaran itoe poen mendjadi akoe bisa begerak lebi laloewasa. Aken tetapi Rudolf, jang djoega djadi kaoe poenja mantoe, poen tida nanti terloepoet dari itoe ganggoean. Dan akoe ada merasa sanget kasian padanja! Boekan oleh kerna akoe ada djadi sohatnja, hanja lantaran sasoenggoenja satoe lelaki tida aken bisa ta­han oering-oeringannja saorang prampoean."

 „Ja, tapi Alah soeda takdirken kitaorang poenja nasib demikian, hingga kita malaenkan sadja misti bikin biasa diri boeat itoe perkara."

 „Memang, tida laen kita misti membiasaken diri, tapi aken bikin diri djadi biasa, perloe sekali orang ada villa seperti jang Clémence poenja, dan ada poenja boeroeng merpati sabagi itoe njonja jang kita lagi maoe koendjoengi," kata Prins van SaksenCoburg dengen menjindir, sembari menoendjoek pada itoe roemah gedong, jang se­karang ada dekat dihadepannja.