Lompat ke isi

Halaman:Pantja-Sila oleh H. Rosin.pdf/49

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

sila-sila jang lain. Sila pertama tidak dapat mempunjai arti jang membawanja kepada pertentangan dengan sila kedua dan keempat.

Akan tetapi apakah jang harus mendjadi arti sila pertama itu? Tentu sekali ini: Negara Indonesia memperlihatkan dengan sila pertama ini, bahwa ia hendak memberikan kebebasan dan ruangan berkembang kepada setiap agama dalam batas-batas kesusilaan dan hukum. Sebaliknja daripada Sovjet-Rusia umpamanja, maka Negara Indonesia menghormati dan melindungi kehidupan agama dari warganegaranja. Negara itu menginsafi, bahwa segala kemerdekaan jang lainnja berurat berakar didalam kemerdekaan agama. Selama Pantja-Sila itu berlaku, maka ditanah ini tidak seorangpun akan menderita karena agama jang dipeluknja.

Tafsiran tentang Ke-Tuhanan Jang Maha Esa ini sesuai dengan utjapan jang ditudjukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 29 Djanuari 1951 kepada Kongres Filipina di Manila: „Belief in the Divine Omnipotence forms the essence of our culture, expressing itself in mutual respect and tolerance and in an elevated code of honour.” (Lihat „Indonesian Review”, No 2, 1951.)

Perhatikanlah disini pengertian ,tolerance’. Pengertian ini menjatakan dengan tegas arti dan maksud sila pertama itu dalam hubungan Pantja-Sila. Sila ini ialah pernjataan hormat dari suatu toleransi positip, suatu kesudian jang tulus dan suatu chidmat dari negara terhadap agama pada umumnja, serta terhadap bermatjam-matjam agama dan pengakuan iman pada chususnja.

Itulah jang didjamin oleh sila jang pertama: tidak lebih banjak, akan tetapi djuga tidak lebih kurang daripada itu. (Bandingkanlah „Lahirnja Pantja-Sila”: Disitu prinsip Ke-Tuhanan didjelaskan oleh Presiden Soekarno dengan dipakainja dua kali perkataan Belanda „verdraagzaamheid”.)

Sungguh! „Pendeta” itu tidak boleh berkuasa atas Indonesia: Tidak boleh ada theokrasi. Akan tetapi, demikian djuga „ksatria” dan „saudagar” tidak boleh berkuasa. Pantjasila adalah kesatuan. Pantjasila tidak dapat dibagi-bagi. Radja Iskandar jang memelihara kesatuan ini dan jang mengurus harmoni dan keseimbangan daripada bermatjam-matjam tenaga, sudah mati. Oleh siapakah dia harus diganti? Dizaman kita tidak mungkin lagi oleh seorang sadja, djuga tidak mungkin oleh Bung Karno! Pengganti Radja Iskandar ialah petani itu, jang telah berangkat kesebelah Timur: ja’ni selu-

45