Halaman:Pahlawan nasional Frans Kaisiepo.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

65

merintis dengan membuat surat permohonan kepada Departemen Dalam Negeri untuk dapat memiliki sebidang tanah yang luasnya sekitar 7.000 meter persegi beserta rumahnya yang terletak dibilangan daerah Batu Tulis Bogor. Dan status tanah tersebut sebagai tanah milik departemen Dalam Negeri. Karena selama ini status tanah tersebut diberikan hanyalah sebagai hak pakai yang diberikan kepada pejabat atau pegawai yang masih aktif. Dan apabila sudah purnabhakti ataupun pegawai yang masih aktif. Dan apabila sudah purnabhakti ataupun sudah meninggal maka tanah tersebut kembali kepada pemerintah, dalam hal ini adalah Departemen Dalam Negeri. Begitulah disela- sela kesibukannya, Frans Kaisiepo telah menyempatkan diri dan secara diam mengurusnya sampai berhasil, sedang istrinya tidak mengetahuinya bahwa tanah tersebut telah menjadi miliknya.

Menginsafi akan keadaan dirinya yang sering sakit-sakitan, phisik dan tenaga semakin berkurang. Sehingga macam- macam tuduhan yang dilontarkan, sementara ada yang mengatakan dia di guna-gunai dan ada yang mengatakan diracun. Akan tetapi secara medis dan berdasarkan diagnose dokter, bahwa ia mengidap penyakit maag dan jantung. Hal ini agaknya dapat dimaklumi karena sebagai pejabat dan orang kerja yang terus melanglangbuana pada masa kerjanya di seluruh pelosok terpencil Irian Jaya tentu telah menyebabkan istirahat dan makannya kurang teratur.

Namun demikian kadar kearifan masih tajam, meskipun semakin tampak perubahan pisiknya. Bahkan sulit dipercaya bagi orang biasa, karena ia memiliki indra keenam yang tajan dan ini telah menjadi miliknya sejak lama.

Demikianlah kejadiannya. tiga bulan sebelum meninggalnya., di tengah malam buta Frans Kaisiepo bangun mencari sebuah map yang disimpan berisi surat-surat untuk pengurusan tanah dan kemudian membangunkan Maria Magdalena Moorwahyuni, istrinya tercinta. Kemudian menyerahkan map tersebut kepada sitrinya untuk disimpan dan sayah menjadi miliknya. Bersamaan dengan itu ia berpesan, bahwa ia akan pergi jauh. Tetapi meskipun demikian, "Jangan khawatir, karena aku mendapat pensiun dan dapat dipergunakan untuk membiayai hidupmu dan anak".10)


10) Wawancara dengan Nyonya Maria Magdalena Moorwahyuni Frans Kaisiepo, tanggal 17 April 1995 di Jalan Setasiun Batutulis Bogor.