Halaman:Pahlawan nasional Frans Kaisiepo.pdf/44

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

30

Keisiepo bersama Socgoro Almoprasodjo untuk membicarakan masalah keberangkatan wakil-wakil Irian Barat dalam Koperensi Malino itu. Salah satu masukan yang akan disampaikan dalam forum tersebut adalah untuk melontarkan kata Papua diganti dengan kata IRIAN. Hal ini agaknya merupakan peringatan bersejarah, karena di dalam kesempatan menyampaikan pidato dihadapan para peserta Konperensi Malino tanggal 18 Juli 1946, Frans Kaisiepo mengusulkan gagasan tersebut dan ini sangat mengejutkan pihak Belanda . Karena ia mengusulkan agar nama Papua dan Nederlands Nieuw Guinea yang dipakai selama ini ditiadakan dan diganti dengan kata atau nama IRIAN. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa pengertian IRIAN adalah Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands. Pidato Frans Kaisiepo tersebut pada malam harinya disiarkan oleh Radio Makassar (Ujung Pandang) tentang penggatian nama Papua dan Nederlands Nieuw Guinea menjadi IRIAN.

Penggantian kata Papua dengan kata IRIAN itu mempunyai makna tersendiri , karena dengan itu rakyat Irian Barat hendak menunjukkan identitas yang bersumber dari budaya bangsanya. Kata IRIAN berarti panas dan kata ini berasal dari bahasa Biak, sedangkan kata Papua mula-mula digunakan oleh pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol. Sejak diucapkan Frans Kaisiepo maka Pemerintah Indonesia terus menggunakan kata kata IRIAN dan tetap menggunakan kata Papua.

Kata IRIAN yang diucapkan Frans Kaisiepo di depan sidang Konperensi Maino sebenarnya sudah lebih dahulu diberitahukan oleh Surat Kabar Penyuluh di Brisbane, Australia. Pengirim artikel tentang penggantian nama Papua menjadi IRIAN kepada surat kabar tersebut sebenarnya dilakukan oleh dua bersaudara yaitu Markus Kaisiepo dan Frans Kaisiepo. Gagasan untuk mengganti nama tersebut telah di cetuskan oleh Frans kaisiepo, sewaktu mengikuti Kursus Kilat Bestuur di Kota Nica Holandia. Ia tidak setuju dengan papan nama kursus/sekolah yang bertuliskan "PAPUA BESTUUR SCHOOL". Karena itu ia menyuruh saudaranya, Marcus Kaisiepo untuk mengganti dengan nama "IRIAN BESTUUR SCHOOL". Tercitusnya gagasan dua bersaudara tersebut adalah atas saran Soegoro Atmoprsodjo.

Kehadiran Frans Kaisiepo dalam Konperensi Malino telah mengeceawakan Pemerintah Kolonial Belanda, sehingga diadakan lagi